Mohon tunggu...
Putri gea
Putri gea Mohon Tunggu... Mahasiswa

Hallo saya putri hobi dan konten kesukaan ku Aku suka banget sama hal hal yang bisa membangkitkan semangt dan inspiratif. Jadi, konten faforitku itu biasanya seputar motivasi, pengembangan kepribadian, dan kreatifitas, apa lagi ada unsur dance nya saya auto tertarik! hobi hobiku pun sejalan sama itu aku senang ngedance,eksplor hal baru yang bikin aku berkembang,dan pastinya nonton konten konten yang bermanfaat yang membuat saya semangat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kepahitan Berujung Kebinasaan

24 Juli 2025   07:58 Diperbarui: 24 Juli 2025   10:47 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Foto: Seorang perempuan duduk sendiri di tanah yang retak, menatap kupu-kupu yang terbang bebas. Sumber: Pixabay / syaifulptak57 

Pernah gak sih kamu merasa pahit?
Bukan pahit kayak kopi tanpa gula, tapi pahit yang ada di hati.
Pahit karena pernah disakiti.
Pahit karena pernah ditinggalkan.
Atau... pahit karena dunia kayaknya gak pernah adil sama kamu.

Ada seseorang yang aku kenal. Dulu dia ceria banget. Selalu jadi tempat cerita, tempat bercanda, tempat semua orang nyaman. Tapi suatu hari, semuanya berubah. Dia mulai menarik diri. Wajahnya selalu datar. Dan kalau ngomong... ya, kadang tajam banget.

Ternyata dia menyimpan luka. Bukan dari keluarganya. Tapi dari temannya sendiri.
Teman yang dia percaya, yang selama ini dia bela, justru menusuk dari belakang.

Kepahitan ternyata gak cuma lahir dari masalah keluarga. Bisa dari cinta yang gagal, persahabatan yang rusak, pekerjaan yang bikin stres, atau bahkan dari harapan-harapan yang gak kesampaian.
Dan yang paling bahaya... kepahitan itu gak kelihatan. Tapi dia bekerja pelan-pelan, dari dalam.

Awalnya cuma rasa kecewa.
Lalu berubah jadi curiga.
Lama-lama, semua orang terasa salah. Semua hal terasa salah.
Dan yang lebih sedih lagi, orang yang menyimpan kepahitan biasanya gak sadar bahwa dirinya sedang hancur pelan-pelan.

Kepahitan itu kayak benih. Kalau gak dibersihin, dia bisa tumbuh dan jadi akar. Dan akar itu bisa mencengkeram hidup kita kuat-kuat---sampai kita susah bahagia, susah percaya, dan susah mencintai diri sendiri.

Jadi, apa harus kita lakukan?
Ya, mungkin kamu gak bisa langsung sembuh hari ini.
Tapi kamu bisa mulai... dari berhenti memelihara rasa itu.
Kamu bisa mulai... dari mengakui kalau memang ada luka.
Dan kamu bisa mulai... dari memutuskan untuk gak mau dikendalikan oleh luka itu lagi.

Kita gak selalu bisa memilih siapa yang nyakitin kita. Tapi kita selalu bisa memilih, mau jadi seperti apa setelah disakiti.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun