Orang tua pun dilibatkan secara aktif dalam proses ini. Mereka mendapatkan laporan perkembangan hafalan anak secara berkala, serta diarahkan untuk menjadi mitra pembinaan di rumah. Kolaborasi antara madrasah, guru, dan orang tua inilah yang menjadi kunci keberhasilan program tahfidz di MIS Nurul Amal.
Bagaimana Pelaksanaan Ibadah Peserta Didik di MIS Nurul Amal?
Pelaksanaan ibadah di MIS Nurul Amal merupakan bagian integral dari pembinaan spiritual peserta didik yang dirancang untuk membentuk karakter religius sejak usia dini. Kegiatan keagamaan yang dilaksanakan secara terstruktur dan berkelanjutan menunjukkan bahwa sekolah ini tidak hanya menekankan pencapaian akademik, tetapi juga menanamkan nilai-nilai keislaman sebagai landasan moral dan perilaku peserta didik.
Setiap hari Senin hingga Kamis, peserta didik dibiasakan melaksanakan shalat Dhuha dan shalat Dzuhur secara berjamaah. Pelaksanaan shalat ini dilakukan di kelas masing-masing, yang memberikan nuansa kekeluargaan dan membangun kedisiplinan kolektif antar siswa. Adapun untuk peserta didik laki-laki kelas 4 hingga 6, shalat Dzuhur dilaksanakan di masjid yang berdekatan dengan sekolah. Praktik ini mengajarkan keterhubungan siswa dengan lingkungan masjid, memperkuat hubungan sosial keagamaan, dan menanamkan rasa tanggung jawab dalam kehidupan beragama di masyarakat.
Kegiatan ibadah pada hari Jumat dikemas dalam sebuah program khusus bernama BIRU BERSAMA (Bina Ruhiyah Bersama). Program ini mencerminkan pendekatan edukatif dan partisipatif dalam pembinaan spiritual siswa. Dalam kegiatan ini, peserta didik secara kolektif membaca surat Al-Kahfi, Yasin, dan Asmaul Husna, yang memiliki dimensi keutamaan dalam tradisi keislaman. Pembacaan dilakukan secara bergiliran dan dipimpin oleh peserta didik yang ditunjuk sesuai jadwal. Hal ini melatih keberanian, kepemimpinan, serta meningkatkan kepercayaan diri siswa.
Tak hanya itu, program BIRU BERSAMA juga mencakup pelaksanaan shalat Dhuha secara berjamaah dan penyampaian kultum (kuliah tujuh menit) oleh peserta didik secara bergiliran. Penyampaian kultum ini menjadi sarana edukatif untuk melatih retorika, pemahaman agama, serta membudayakan semangat berdakwah di kalangan siswa sejak dini.
Model pembinaan spiritual ini selaras dengan pendekatan pendidikan karakter berbasis nilai religius sebagaimana dikembangkan oleh Lickona (1991) dalam kerangka character education, yang mencakup dimensi moral knowing, moral feeling, dan moral action. Dalam konteks ini, peserta didik tidak hanya diberi pengetahuan tentang agama, tetapi juga dibiasakan untuk merasakannya dalam praktik ibadah, dan akhirnya diwujudkan dalam perilaku keseharian.
Kegiatan ibadah yang dilakukan secara konsisten dan terpadu di MIS Nurul Amal menunjukkan adanya integrasi antara kurikulum formal dengan pembiasaan nilai-nilai Islam, yang pada akhirnya mendukung terbentuknya profil pelajar yang religius, disiplin, dan bertanggung jawab.
Harapan untuk Masa Depan
Di tengah tantangan pendidikan yang semakin kompleks, upaya seperti yang dilakukan oleh MIS Nurul Amal menjadi oase yang menyejukkan. Menghidupkan Al-Qur'an di dalam hati anak-anak sejak dini adalah investasi spiritual jangka panjang. Harapannya, anak-anak ini kelak menjadi generasi penerus bangsa yang cerdas, berakhlak mulia, dan menjadikan Al-Qur'an sebagai pedoman dalam setiap langkah kehidupan.