Hari ini, Minggu  tanggal 30 Maret 2025 lingkungan St. Matias tugas perdana koor di gereja Santo Yakobus Bantul yang  dipimpin oleh Romo Augustinus Toto Supriyanto,Pr.  Lingkungan St. Matias  dengan jumlah warga sedikit merupakan hasil pemekaran wilayah sesuai rujukan dalam pelaksanaan reksa pelayanan pastoral paroki yang ada di Keuskupan Agung Semarang. Adapun maksud dari pemekaran lingkungan gemuk adalah agar seluruh umat terlibat dalam setiap kegiatan pelayanan gereja. Lingkungan yang gemuk dengan jumlah warga banyak kurang optimal dalam memberdayakan umat, hanya orang-orang tertentu yang kiprah dalam kegiatan sedangkan yang lain berada dalam zona nyaman. Lingkungan Matias yang baru merupakan pemekaran dari lingkungan Matias Lama. Pada awalnya lingkungan baru memakai nama Santo Basilius Agung sebagai pengayom dan pelindung lingkungan. Namun dalam perjalanan waktu ada dusun yang mengundurkan diri, sehingga kesepakatan nama Basilius Agung tidak lagi dipakai. Atas saran dari para sesepuh dan pendiri lingkungan lama, maka Santo Matias tetap menjadi nama pelindung walaupun umatnya dari berbagai pecahan lingkungan. Dengan harapan sejarah nama Santo Matias  tetap lestari di dusun Geblag RT 06 Bantul, dusun Dolikan, dusun Ngenthak, dusun Pringgan, dusun Karanggedhe dan dusun Mbangmalang. Â
Â
Lingkungan Matias yang terdiri dari 22 KK disahkan oleh Romo Laurentius Dwi Agus Merdi Nugroho Pr., pada hari Rabu tanggal 12 Maret 2025 dalam perayaan Ekaristi di Susteran Gembala Baik Karanggedhe sekaligus pelantikan pengurus lingkungan. Adapun susunan pengurus lingkungan sebagai berikut: Penasihat diketuai oleh Robertus Danur Dono, Ketua  Yulius Sunaryo, Sekretaris M.Y.Titik Marsiswati, Bendahara Engelia Ratri Perwitasari dan Eni Risnawati, Litbang oleh Dionisius Rizky Pramusinto, koordinator  tim kerja antara lain untuk musik liturgi Florentina Maya Damayanti, prodiakon Yohanes Sriyanto, humas Filipus Titan Aradhea, perlengkapan Laurensius Cahyo Kunto Wicaksono, media publikasi Agung Ardi Wardaya, ibu rumah tangga oleh Mariana Surmapu, paramenta oleh Maria Elisabeth Ambar Nursari, pangrukti laya oleh Fransiskha Romana Juwarsih, pralenan dipegang Maria Dina Pratiwi. Karena terbatasnya personil dalam lingkungan yang kecil ini maka setiap pengurus dapat masuk sebagai anggota tim kerja lainnya.
Pada awal berjalannya lingkungan baru, kami masih meraba-raba kemampuan dari warga lingkungan. Namun semangat memiliki lingkungan semakin nampak mendalam. Meski belum diresmikan oleh Pastur Paroki kami tetap mengadakan ibadat setiap hari Kamis malam, dengan tempat yang bergilir, juga melaksanakan beberapa kali tugas gereja dalam tata laksana maupun menghias altar. Ada hal lain yang membahagiakan, yaitu kami memiliki Base Camp di Susteran Gembala Baik sebagai pusat kegiatan. Lingkungan kecil kini semakin menampakkan jati diri sebagai lingkungan yang mandiri dan siap dalam setiap pelayanan gerejani. Kepercayaan akan hadirnya Roh Kudus menguatkan setiap umat lingkungan untuk berkembang dan mengabdikan diri dalam tata dunia baru yang didasari semangat injili.
Bantul, 30 Maret 2025
Penulis
M.Y. Titik Marsiswati
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI