Mohon tunggu...
Titik Nur Farikhah
Titik Nur Farikhah Mohon Tunggu... Penulis - Writer

Menulis adalah bekerja untuk keabadian

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Menulis, Sepenting Apakah?

15 Juni 2020   22:57 Diperbarui: 17 Juni 2020   21:24 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertanyaan ini pernah ada dalam benakku beberapa tahun silam. Betapa aku ingin bisa menulis tapi apa daya kemampuan belum ada. Penasaran? Pasti iya. Apalagi sering banget nongol di beranda facebook lalu lalang buku-buku karya teman-teman.

Berbagai tanya tanpa jawaban terus mengusik pikiranku. Sepenting apakah menulis itu hingga banyak orang seakan ingin terjun sebagai penulis. Berbagai komunitas menulis di facebook terus aku sasar. Rasanya ingin tahu lebih jauh tentang dunia kepenulisan.

Apakah aku langsung tertarik? Iya pasti. Ternyata setelah merunut ke belakang aku pernah punya karya, sebuah tulisan sederhana tentang pengalaman pribadi yang tayang di majalah intern sekolah. Waktu itu aku baru saja menduduki bangku Sekolah Menengah Atas.

Aku juga baru ingat kalau dulu pernah menerjuninya meski hanya sesaat, setelah itu off. Hingga waktu menggiringku untuk kembali bersentuhan dengan dunia kepenulisan. Dunia yang pernah kutinggalkan dan rasanya sudah usang ditelan zaman. Kini aku ingin memulai kembali mengukir dengan lembaran-lembaran baru.

Mungkin terasa agak gamang karena lama tak menjamah, tapi setidaknya ada bekal niat itu yang terpenting. Nah, untuk menjawab judul di atas, ternyata butuh uraian yang panjang. Ada ungkapan yang menyebutkan bahwa menulis adalah pekerjaan untuk keabadian. Karena dengan menulis secara tidak langsung kita sudah membuat sejarah dengan bahasa kita sendiri.

Menulis sebetulnya juga mewakili apa yang kita rasakan, pikirkan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata, semuanya bisa terekam dalam sebuah tulisan. Menulis juga mampu menjadi media terapi bagi seseorang yang sedang menghadapi kesulitan atau masalah.

 Dengan menulis ia juga mampu mengungkapkan segala kegundahan hati, kekecewaan bahkan kemarahannya tanpa ada orang yang merasa terganggu. Tulisan seperti ini biasanya terekam dalam lembaran diary dan hanya dikonsumsi secara pribadi bukan untuk dipublikasikan.

Namun demikian dengan berlalunya waktu, tulisan itu seakan hidup dan mampu menjadi media introspeksi, cerminan diri di masa lalu yang tanpa kita sadari akan memendam di dasar memori sehingga membuat kita dapat menentukan sikap, menyusun strategi untuk melangkah ke depan.

Menjadi pribadi yang lebih baik serta realitis menjalani hidup sebagai imbas dari power of writing. Juga mampu menjadi tolok ukur keberhasilan yang pernah diraih agar mampu mendulang kesuksesan di tahap selanjutnya.

Selain itu, tulisan juga mampu menjadi saksi sejarah dengan menjadikannya seikat lembaran memoar  yang bisa dinikmati oleh masyarakat luas. Mengungkapkan perjalanan hidup yang sarat akan makna dimana masing-masing orang pasti memiliki cerita dan kisah menarik yang berbeda dengan versinya sendiri.

Sementara itu ketika kita berbicara tentang publik, kita ingin tulisan tersebut dibaca orang lain tentu kita akan menampilkan hal-hal yang baik, yang positif dan layak dikonsumsi secara umum. Karena bagaimanapun tulisan kita adalah cermin kepribadian kita sendiri. Tentu sebagai bahan rujukan kita akan mencari referensi yang terbaik, di sini kita mau tidak mau akan membaca dan membandingkan satu persatu. Bisa jadi tidak cukup hanya membaca satu literasi namun bisa dua, tiga, atau lebih.

Tanpa kita sadari proses inilah yang menggiring kita untuk belajar mencerna, memahami, hingga akhirnya lekat dalam ingatan yang otomatis secara perlahan akan merubah minset serta perilaku kita menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Di sini kita sebagai penulis suka tidak suka, tulisan kita akan dinilai oleh orang lain tanpa kita minta sehingga kita harus siap menerima masukan baik yang berupa kritikan maupun saran. Di sini pula penulis pun harus bersikap bijak dalam menanggapi setiap masukan. Bisa jadi dari kritikan yang membangun inilah akan menggiring kita menjadi penulis yang profesional dan handal.

Satu lagi, menulis dapat menjadi media untuk membangun rasa percaya diri. Ibarat orang berbicara, ketika kita sudah berani mempublikasikan tulisan kita seolah-olah kita tengah berorasi atau berpidato di hadapan orang banyak. Satu tantangan yang harus dihadapi sehingga melalui proses menulis inilah pelan tapi pasti penulis akan memiliki rasa percaya diri.

Ayo tunggu apa lagi! Jika sudah ada niat untuk menulis, segeralah mulai. Jangan tunggu nanti, besok, atau lusa. Semakin ditunda maka mimpi menjadi penulispun akan semakin menjauh.

Yogyakarta, 15 Juni 2020

Semoga bermanfaat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun