Kedekatan mereka membawa Dinda pada pengalaman baru. Putri memperkenalkan Dinda pada sebuah organisasi sosial di Belanda yang fokus membantu anak-anak kurang mampu. Dinda merasa terpanggil untuk bergabung. Bersama anggota organisasi, ia dan Putri aktif mengajar anak-anak, mengadakan penggalangan dana, dan memberikan bantuan kebutuhan dasar.
"Rasanya bahagia sekali bisa membantu mereka," kata Dinda pada suatu malam setelah selesai mengajar di pusat kegiatan sosial.
"Iya, Din. Ini bukan cuma tentang kita lagi, tapi bagaimana kita bisa memberi dampak positif untuk orang lain," sahut Putri.
Selain aktif di organisasi sosial, Dinda tidak melupakan tujuan akademiknya. Ia tetap fokus mengejar kompetensinya agar dapat lulus tepat waktu. Setiap tugas dan proyek ia kerjakan dengan sungguh-sungguh, sering kali menghabiskan malam di depan laptop di kamar kecilnya.
Perjuangan Dinda tidak sia-sia. Ia mulai mendapatkan pengakuan dari dosen dan teman-teman kampus atas ide-idenya yang inovatif dalam bidang teknik lingkungan. Pengalaman di organisasi sosial pun memberinya wawasan baru yang ia aplikasikan dalam proyek-proyek akademiknya.
Hari kelulusan akhirnya tiba. Dengan toga biru tua dan senyum lebar, Dinda melangkah ke podium untuk menerima ijazahnya. Ia berhasil lulus tepat waktu dengan nilai memuaskan. Di hadapan para dosen, teman-teman, dan keluarga yang menyaksikan dari layar daring, Dinda membuktikan bahwa mimpi besar bisa diraih dengan kerja keras dan hati yang tulus.
Langit Eropa yang dulu hanya ada dalam angannya kini menjadi saksi perjalanan hidup Dinda. Ia tidak hanya membawa pulang ilmu, tetapi juga pengalaman berharga dan semangat untuk terus menginspirasi orang lain.
Pulang ke Tanah Air
Setelah lulus, Dinda menghadapi dilema besar. Ia mendapat tawaran pekerjaan di Belanda dengan gaji besar dan fasilitas yang menggiurkan. Namun, di sisi lain, ia merindukan kedua orang tuanya yang kini tinggal berdua di rumah kecil mereka di Indonesia.
"Aku ingin membalas semua jerih payah mereka, tapi aku juga ingin dekat dengan mereka," kata Dinda pada Putri saat mereka berbincang di sebuah kafe.
Setelah merenung cukup lama, Dinda memutuskan untuk menerima pekerjaan kontrak selama dua tahun di Belanda. Ia bertekad untuk memanfaatkan waktu itu sebaik mungkin untuk menabung lebih banyak dan menambah pengalaman kerja internasional.