Dedaunan menyembunyikan jingga yang cantik. Entah mengapa kita selalu mencari sesuatu yang "berisik" smentara ada tenang yang damai tanpa meminta upah. Sepi menelisik mengorek asa yang telah berulang kali dibisikkan dengan khusuk kepada Ia yang dipercayai berada di atas sana.
Siapakah yang ada di sana?
Di balik awan dan langit biru yang di penghujung hari selalu berpaling dengan anggun.
Siapakah yang ada di sana?
yang menunggu dicari tetapi tiap hari dilupakan tanpa sedikitpun di kunjungi.
Lihat! Ada seseorang berdiri dengan harapan. Melihat cahaya senja dengan mata menyipit. "Ah, sepertinya untuk ini aku hidup"
Terkadang menyadari arti keberadaan tak semudah menepuk pundak dan berbalik. Menyusuri hidup hingga peluh terasa tak dapat berhenti bisa menjauhkan aku, kamu, kita, dari-Nya. Bisakah kita berhenti sejenak? Mengambil napas yang terbuang yang tak bisa kita pilih kembali.
Setiap hari menikmati napas kehidupan tetapi tak pernah berniat mengetuk pintu-Nya untuk sekedar bercerita atau berterimakasih.
Langit yang menghitam tak lama setelah matahari turun mungkin karena Ia tahu, jika terlalu lama senja datang bisa saja hanya akan ada ketertarikan semu tanpa menyadari gelap yang telah menunggu didepan.
Tenggelam dalam gelap tanpa dapat bangkit tak bisa menyelamatkan. Tetapi jangan lupa masih ada pagi yang datang memerangi gagahnya malam.
Sepertinya memang kita tak akan bisa tahu siapa yang ada di sana!
Perasaan kita akan selalu terpaku pada yang datang dan pergi tanpa menyadari arti.
Mungkin kita akan "kembali" setelah terluka dan tak bisa diobati.
Mungkin nanti kita akah tahu siapa yang ada disana saat berani mengetuk pintu dan menyapa kembali. Â Ia selalu menanti.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI