“Terima kasih.”
Aku terbangun oleh tamparan anak kecil tadi.
“Kakak dari tadi tidur. Maksudnya perempuan yang mana?”
Aku menoleh. Tak ada siapa-siapa. Hanya payung hitam di sampingku.
Aku tersenyum lemah.
“Mungkin kakak cuma halu.”
Aku pun berjalan pulang, membawa payung hitam itu.
Entah siapa dia, tapi aku tahu—dia nyata bagi seseorang yang pernah merasa tak punya wajah.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI