Mohon tunggu...
ARSaleh
ARSaleh Mohon Tunggu... Pensiunan ASN

Pensiunan ASN, hobi menulis cerpen/novel/opini. Terkadang menulis ilmu pengetahuan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bayang-bayang di Masa Tua

11 Oktober 2025   19:45 Diperbarui: 11 Oktober 2025   19:45 7
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Abdul Rahman Saleh

Semua kisah yang aku saksikan---tentang buyut yang dipisahkan kamar, nenek yang ditinggalkan meski berharta, mertua yang diperdebatkan biayanya, hingga paman yang meninggalkan rumah kecil yang akhirnya ketika paman meninggal, istrinya malah terusir dari tempatnya sendiri---membuat pikiranku penuh kegelisahan.

Aku mulai bertanya pada diriku sendiri: apakah masa tua selalu berakhir getir?
Apakah semua orang akhirnya ditinggalkan, meski dulu mereka mencurahkan segalanya untuk anak-anaknya?

Kadang aku berpikir, orang tua sering salah mengira: mereka menyangka kasih sayang anak-anak akan sama panjangnya dengan umur pengorbanan. Padahal, kenyataan di lapangan tak selalu begitu. Anak-anak tumbuh dengan dunia mereka sendiri, dengan hitung-hitungannya, dengan alasan yang tampak masuk akal tapi sering kali melukai hati orang tuanya.

Aku melihat sendiri, rumah bisa berubah menjadi asing, harta bisa berbalik menjadi alasan keterasingan, bahkan kasih sayang bisa memudar di hadapan biaya rumah sakit atau selembar akta waris.

Maka aku mulai takut. Takut suatu hari nanti aku atau istriku akan mengalami hal serupa: terasing di rumah sendiri, bergantung pada belas kasih yang tak menentu, atau sekadar menjadi nama yang disebut dalam percakapan anak-anak tentang "siapa yang harus membiayai."

Namun di tengah rasa takut itu, aku juga belajar sesuatu: masa tua tak boleh hanya digantungkan pada harapan terhadap anak. Ada saatnya kita harus menyiapkan hati, menyiapkan cara berdamai dengan kesepian, dan menerima bahwa kasih anak-anak bisa berbeda bentuknya dari yang kita bayangkan.

Kisah-kisah getir itu menjadi bayang-bayang, mengingatkanku bahwa masa tua bukan hanya soal menunggu, tetapi juga soal menyiapkan diri: untuk rela, untuk ikhlas, dan untuk kuat berjalan meski akhirnya sendirian.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun