Istilah body shaming sudah tidak lagi asing, baik di kalangan anak – anak, remaja, maupun dewasa. Body shaming atau celaan fisik dapat didefinisikan sebagai suatu penilaian bersifat negatif yang mengarah kepada penilaian fisik orang lain maupun diri sendiri.
Seseorang biasanya tidak menyadari bahwasannya ia telah melakukan body shaming terhadap orang lain, karena menganggap omongan tersebut merupakan hal sepele.
Contoh dari perkataan yang mungkin termasuk dalam kategori body shaming antara lain, “Kamu gemuk sekali, coba turunkan berat badanmu.”, “Andai hidungmu lebih mancung, pasti kamu lebih menarik.”, “Kamu terlalu kurus.”, dan lain sebagainya.
Jika diperhatikan lebih jauh, body shaming kebanyakan bermula dari lingkup keluarga. Biasanya saat dilaksanakan acara keluarga, julukan – julukan kurang baik mengenai tubuh seseorang seringkali terdengar. Selain keluarga, lingkup pertemanan juga menjadi salah satu sumber body shaming terbesar.
Bahkan saat bertemu seseorang yang belum kita kenali saja, masih banyak perkataan spontan bersifat negatif terlontar dari belah bibir.
Tanpa sadar, hal yang dianggap sepele ini dapat menyebabkan penurunan kepercayaan diri seseorang.
Beberapa orang yang terkena body shaming biasanya menilai dirinya sendiri seperti apa yang dikatakan orang lain padanya.
Tak jarang seseorang beralasan kurang percaya diri karena fisiknya. Hal ini dipengaruhi anggapan bahwa dirinya berkekurangan. Jika dibiarkan, kemungkinan besar akan mengganggu kesehatan mental orang tersebut.
Pemikiran di atas saya simpulkan dari beberapa pernyataan teman saya yang kurang percaya diri dengan penampilannya, terutama untuk kalangan wanita. Seringkali saya mendengar gerutuan, seperti
“Aku kurang percaya diri menggunakan pakaian cerah karena akan terlihat gemuk.”,
“Dimukaku timbul jerawat, semakin jelek saja.”,
