Mohon tunggu...
Sony Kusumo
Sony Kusumo Mohon Tunggu... Insinyur - Menuju Indonesia Surplus

Sony Kusumo merupakan pengusaha yang peduli dengan kemajuan bangsa Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Indonesia Menanti Neraca Perdagangan Surplus Atas Tiongkok

31 Januari 2022   10:14 Diperbarui: 31 Januari 2022   10:17 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: economictimes.indiatimes.com 

Meski sudah berganti tahun, sepertinya Covid-19 masih menjadi momok yang menakutkan bagi banyak kalangan. Pasalnya disamping berdampak bagi aspek kesehatan masyarakat, kondisi tersebut mempengaruhi banyak sektor lain, salah satu yang krusial adalah  perdagangan.

Seperti yang kita tahu, Indonesia sempat terjebak dalam jurang resesi selama tiga kuartal beruntun. Meski kini, kondisi tersebut telah berangsur membaik.

Selain soal itu, hal menarik lainnya di aspek perdagangan adalah soal pola ekspor dan impor antara Indonesia dan Tiongkok. Dimana sepanjang 2020, tercatat angka impor mencapai 11,79 persen, sementara ekspornya 13,66 persen.

Selepas itu, pada Januari - September 2021 ekspor Indonesia lebih melonjak lagi. Bahkan berdasarkan data yang dirilis oleh Kepabeanan Tiongkok total nilai perdagangan pada kurun waktu tersebut paling tinggi selama 20 tahun bekerjasama, yakni mencapai USD 85,3 miliar dengan angka pertumbuhan mencapai 52,8 persen.

Berkat pencapaian tersebut, otomatis Indonesia pun bisa mempertahankan posisi ke-4 sebagai negara pengekspor terbesar ke Tiongkok di antara negara anggota ASEAN. Tak hanya itu, Indonesia pun berhasil naik satu peringkat ke-13 sebagai eksportir Tiongkok dari seluruh negara mitra.

Berkaca pada pertumbuhan ekonomi itu, membuat Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi) yakin bahwa di tahun 2022, Indonesia bisa mengalami neraca perdagangan surplus atas Tiongkok. Salah satu strategi pemerintah adalah hilirisasi.

Sehingga nantinya produk tidak di ekspor dalam keadaan betul-betul mentah, melainkan sudah diproses. Misalnya dilakukan penyetopan ekspor bijih nikel, namun dikirim setelah diproses menjadi baja karena nilainya bisa mencapai 10 kali lipat.

Kendati demikian sebaiknya pemerintah juga memperhatikan berbagai aspek lain untuk terus menjaga neraca perdagangan tetap surplus. Diantaranya dengan memperhatikan effisiensi nilai produk impor terutama untuk barang atau jasa impor untuk kebutuhan Pemerintah atau BUMN yang belum  diproduksi atau dirakit di dalam negeri, ibarat kalau cukup pakai mobil kijang kenapa harus pakai Ferarri, yang jelas harganya jauh lebih mahal,  muat lebih sedikit penumpang dan biaya maintanancenya juga jauh lebih mahal dan kalau di IT buat apa pakai oracle kalau postgrey (open source) 98% lebih murah dari oracle dan produknya juga lebih mudah di kembangkan serta maintanancenya bisa ditangani  bangsa Indonesia sendiri, tanpa harus bayar license dan maintanance tahunan seperti produk oracle.

Untuk produk ekspor, Pemerintah embantu promosi product dan menjaga agar harga tetap terjangkau dan bisa bersaing dengan negara lain, Pemerintah melakukan subsidi untuk barang barang tertentu agar bersaing Dan Bisa di Ekspor.

Strategi jitu Jokowi terbukti semua Negara yang Neraca Perdagangan surplus dan fiscal Pemerintahannya defisit, Negara nya bertambambah maju Dan Rakyat nya bertambah sejahtera.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun