(https://databoks.katadata.co.id/infografik/2025/04/11/as-selalu-defisit-dagang-dengan-indonesia)
- Januari--Mei 2025: Surplus perdagangan nonmigas dengan AS mencapai $8,28 miliar, dengan ekspor nonmigas sebesar $12,11 miliar, menjadikan AS sebagai tujuan ekspor terbesar kedua setelah Tiongkok. Komoditas utama meliputi mesin listrik, alas kaki, dan pakaian. Â (https://www.bps.go.id/id/news/2025/07/01/716/kinerja-positif-neraca-perdagangan-indonesia.html)
(https://www.bps.go.id/en/news/2025/07/01/716/kinerja-positif-neraca-perdagangan-indonesia.html)
Surplus berkelanjutan ini menunjukkan ketergantungan Indonesia pada pasar AS, tetapi juga menjadi alasan bagi AS untuk menerapkan tarif tinggi guna mengurangi defisit perdagangannya, yang pada Januari 2025 tercatat sebesar $155,6 miliar secara global.
(https://www.ceicdata.com/id/indicator/united-states/trade-balance)
(https://www.ceicdata.com/en/indicator/united-states/trade-balance)
Kebijakan Tarif Timpang
1. Ketimpangan Struktural dalam Perdagangan Bilateral
Kebijakan tarif 0% untuk impor AS ke Indonesia berarti membuka pasar Indonesia tanpa hambatan bagi produk-produk Amerika, seperti barang elektronik, otomotif, dan pertanian. Sebaliknya, tarif 19% untuk ekspor Indonesia ke AS---yang didominasi oleh tekstil, alas kaki, dan komoditas seperti minyak kelapa sawit dan karet---akan meningkatkan biaya ekspor dan menurunkan daya saing produk Indonesia. Data BPS menunjukkan bahwa ekspor nonmigas ke AS pada Januari--Mei 2025 mencapai $12,11 miliar, menyumbang 11,42% dari total ekspor nonmigas Indonesia. Tarif 19% dapat mengurangi volume ekspor secara signifikan, terutama untuk sektor sensitif harga seperti tekstil, yang menyumbang $2,48 miliar dari surplus 2024. Â
(https://www.bps.go.id/id/news/2025/07/01/716/kinerja-positif-neraca-perdagangan-indonesia.html)