Mohon tunggu...
Timotius Apriyanto
Timotius Apriyanto Mohon Tunggu... Konsultan - OPINI | ANALISA | Kebijakan Publik | Energi | Ekonomi | Politik | Filsafat | Climate Justice and DRR

Penulis adalah praktisi Pengurangan Risiko Bencana dan Pengamat Sosial

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Ekonomi Survival di Tengah Perang Dingin Tiongkok Vs Amerika yang Semakin Memanas

27 Juli 2020   09:54 Diperbarui: 27 Juli 2020   19:10 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
source : https://www.businessinsider.com (photo credit: Kevin Lamarque/Reuters)

Satu-satunya kepastian di dunia sesudah dilanda Pandemi Covid-19 ini adalah ketidakpastian global. Lebih dari enam bulan setelah pandemi, masih banyak yang belum terungkap tentang virus dan dampaknya. Sulit untuk secara tepat mengukur dampak pandemi ini di bidang kesehatan, ekonomi, sosial dan politik. 

Kita hanya bisa memberikan gambaran sangat kecil atas gejala yang merupakan efek langsung ataupun tidak langsung dari pandemi ini pada skala global. Banyak pergeseran besar  dipicu oleh krisis akibat ancaman pandemi ini. 

Pergeseran besar yang terjadi di bidang ekonomi sebagai akibat pandemi covid-19, akan ditandai dengan meningkatnya pinjaman pemerintah baik dalam negeri maupun luar negeri, pencetakan uang, dan menguatnya intervensi di pasar modal. Pergeseran ekonomi ini menunjukkan gejala pergeseran axial dari barat ke timur dengan pusat di Tingkok.

Pergeseran sumbu ekonomi dengan pusat di Tiongkok yang dikenal memiliki sistem oteriter akan menimbulkan reaksi. Pada Januari sampai Juli 2020 eskalasi politik antara Tiongkok dengan beberapa negara di Asia, Eropa dan Amerika Serikat meningkat tajam.

Perbandingan Ekonomi dan Militer Tiongkok vs Amerika Serikat 


Secara geografis, luas Tiongkok adalah 3,7 juta miles persegi dan luas Amerika Serikat adalah 3.8 juta miles persegi. Penduduk Tiongkok berjumlah 1.44 milyar jiwa dan jumlah penduduk Amerika adalah 331 juta jiwa, dengan perbandingan nominal GDP Amerika US$ 21 Triliun sebagai yang terbesar dan GDP Tiongkok US$14 Triliun menjadi nomor 2 terbesar. 

Sementara itu GDP PPP (Purchasing Power Parity) Tiongkok merupakan yang terbesar di dunia yaitu sebesar US$ 27 Triliun lalu disusul Amerika sebesar US$ 21 Triliun. 

Amerika Serikat diperkirakan memiliki 6000 hulu ledak nuklir dan Tiongkok sekitar 250-300 hulu ledak nuklir. Jumlah personil militer Tiongkok sekitar lebih dari 2 juta orang dengan lebih dari 500.000 tentara cadangan dan  Amerika Serikat memiliki 1.4 juta orang dengan 845.000 tentara cadangan. 

Anggaran militer Amerika Serikat merupakan yang tertinggi di Dunia sebesar US$ 748 Milyar dan anggaran militer Tiongkok yang kedua terbesar yaitu sejumlah US$ 180- 210 Milyar. Jumlah Tank Amerika 8000 MBT (Military Battle Tank) dengan didukung 6700 IVF (Infantry Fighting Vehicles) dan jumlah Tank Tiongkok 7000 unit dengan 3500 IFV. 

Amerika Serikat memiliki 13.000 APC (Armored Personnel Carrier) dan Tiongkok memiliki 4000 APC. Tiongkok memiliki 1770 MLRS (Multiple Launch Rocket System) dan Amerika Serikat memiliki 990+ MLRS. Tiongkok memiliki 2 Kapal Iduk (Air Craft Carriers) dan Amerika Serikat memiliki 11 Kapal Induk. 


Meningkatnya Eskalasi Politik di Asia

Beberapa peristiwa di Asia akhir-akhir ini, telah menyebabkan peningkatan eskalasi politik Internasional, antara lain tewasnya 20 tentara India di Ladakh tanggal 16 Juni 2020 dalam pertempuran kecil di wilayah perbatasan antara India-China yang merupakan wilayah sengketa di sekitar pegunungan Himalaya. Pemerintah India dengan didukung warga nagara India mengambil sikap keras atas peristiwa tersebut baik secara politik maupun ekonomi berupa tindakan boikot pembelian produk China. Para pengamat militer kawatir bahwa peningkatan eskalasi politik antara India dengan China ini akan memicu konflik bersenjata.

Dalam kasus yang lain, Amerika Serikat, Vietnam dan Filipina mengecam Tiongkok atas latihan militer yang dilakukan di sekitar Kepulauan Paracel pada bulan Juli 2020. Vietnam memiliki klaim yang tumpang tindih dengan klaim Tiongkok atas Paracels yang disebut Kepulauan Xisha, sementara Vietnam menyebutnya sebagai Kepulauan Hoang Sa. Pihak Tiongkok menanggapi protes diplomatik Vietnam itu dan menuntut dilakukannya investigasi dengan tuduhan bahwa kapal nelayan Vietnam telah memasuki perairan Tiongkok lebih dahulu secara ilegal dan dikatakan bertabrakan dengan kapal China Haijing 4301 setelah melakukan "manuver berbahaya."

Eskalasi politik internasional yang melibatkan Tiongkok di kawasan Asia telah mendorong Amerika Serikat mengerahkan dua kapal induk (US Navy aircraft carriers) yaitu "USS Nimitz dan USS Ronald Reagan" untuk beroperasi dan siap melakukan latihan perang lebih intensif di perairan internasional Laut Cina Selatan, tepatnya di perairan Filipina.

Mobilisasi militer Amerika tersebut selain terkait dengan eskalasi yang semakin meningkat di Asia dengan insiden di India, Vietnam, dan Filipina, juga terkait krisis politik di Hong Kong. Pemerintah Tiongkok berusaha menghindari legislasi proses permohonan kemerdekaan Hong Kong dan memberlakukan undang-undang darurat keamanan nasional untuk Hong Kong. 

Situasi krisis politik di Hong Kong tersebut diikuti sikap Inggris dengan memberikan tawaran ijin tinggal selama 12 bulan yang dapat diperbaharui kepada penduduk Hong Kong pemegang Paspor Luar Negeri Nasional Inggris (British National Overseas). 

Sikap politik Inggris ini juga diikuti oleh Kanada. Sementara itu, warga negara Amerika Serikat juga mendukung pemerintah untuk memberikan suaka politik (political asylum) kepada penduduk Hong Kong yang merasa takut dan terintimidasi penindasan Tiongkok.

Memanasnya Hubungan Diplomatik Tiongkok VS Amerika

Situasi hubungan diplomatik antara Amerika dan Tingkok bahkan berada pada posisi terburuk selama enam bulan ini, saat tanggal 22 Juli 2020 Amerika hanya memberi waktu 72 jam untuk Tiongkok menutup konsulatnya di Houston Texas menyusul tuduhan aktivitas spionase 2 warga negara Tiongkok di Amerika Serikat. 

Tindakan tersebut memicu pemerintah Tiongkok pada tanggal 24 Juli 2020 untuk pemerintah Amerika Serikat menutup konsulatnya di Kota Chengdu, Provinsi Sichuan juga dalam waktu 72 jam.

Panasnya Perang Dingin Dipicu oleh Kemajuan Teknologi Tiongkok 

Dalam konteks teknologi digital, Amerika juga selalu khawatir bahwa peralatan Huawei telah dirancang Tiongkok untuk membantu kegiatan spionase dan akan membuat pelanggannya bergantung pada teknologi Tiongkok. Amerika Serikat telah bekerjasama dengan Inggris dalam bidang intelijen jaringan dengan sistem sel yang terdiri para ahli siber untuk secara khusus memantau perkembangan teknologi dan peralatan Huawei sejak 2010.

Huawei memulai debutnya sembilan belas tahun lalu sebagai perusahaan Tiongkok yang tidak dikenal publik mendirikan kantor penjualan pertamanya di Eropa, di pinggiran kota Frankfurt dan kota komuter Inggris. Mereka selain menjual berbagai peralatan komunikasi juga mulai menawarkan layanan untuk membangun jaringan telekomunikasi. 

Saat ini, Huawei menjadi icon yang menakutkan bagi dunia barat saat sistem perdagangan global produk komunikasi digital Eropa mengalami kehilangan kepercayaan. Huawei mencapai record penjualan $ 123milyar dan memiliki dedikasi tinggi terhadap para penguasa Tiongkok.

Perkembangan Huawei yang sangat pesat ini sudah selalu mendapat serangan hukum Amerika sejak 2018 dalam seting perang dagang yang semakin sengit. Saat ini Huawei sedang gencar melakukan penetrasi teknologi 5G yang dianggap sangat mengancam Amerika Serikat dan Inggris yang kemungkinan besar akan diikuti oleh negara-negara Eropa untuk memblokir Huawei dari aktivasi jaringan 5G-nya.

Amerika Serikat dan Inggris justru terlihat sedang dalam situasi panik menghadapi kemajuan teknologi digital Tiongkok dengan strategi yang parsial dan tidak koheren. Masyarakat global yang semakin terbuka dengan didorong kekuatan ekonomi Tiongkok sangat sulit dibendung oleh strategi Amerika dan Eropa yang parsial dan tidak koheren tersebut.

Ekonomi Survival

Runtuhnya rantai suplai dan permintaan global hampir di semua sektor serta terjadi secara bersamaan dalam waktu yang tidak bisa ditentukan merupakan fenomena ekonomi langka. Pertumbuhan ekonomi negatif telah dan akan terjadi di banyak negara serta memicu resesi ekonomi. Kondisi tersebut akan membuat tingkat konsumsi menurun drastis dalam tingkat inflasi yang rendah.

Iain Norman Macleod (1965), seorang menteri keuangan Inggris dari partai Konserfatif menyampaikan satu situasi pertembuhan ekonomi yang menurun terus menerus sehingga mengakibatkan resesi dan memicu terjadinya konstraksi dan inflasi secara bersamaan akan menimbulkan stagnasi inflasi atau dalam makro ekonomi kita kenal sebagai stagflasi. 

Saat ini para pembuat kebijakan dan para ekonom harus belajar keras dan membuat terobosan untuk bagaimana mengelola stagflasi global ditengah krisi politik dunia pada masa pandemi covid-19. Perlu ada satu model ekonomi yang fokus pada penanganan krisis keuangan atas resesi Global tanpa pengambilalihan ekonomi dengan dipolitisasi. 

Politik ekonomi yang tepat memang sangat penting untuk mengatasi resesi global ini, namun bukan politisasi ekonomi. Politisasi ekonomi justru akan membuat permasalahan krisis keuangan ini samakin runyam. Intervensi politik dalam bentuk kebijakan apapun jangan sampai terkesan panik serta justru menghamburkan sumber daya finansial. Model ekonomi disaat transisi ini akan muncul model ekonomi survival.

Ekonomi Klasik dengan karakteristik akumulasi modal yang didukung sistem keuangan terpusat akan digeser oleh Model Sistem Ekonomi baru dengan sistem keuangan tidak terpusat dan lebih terbuka. 

Dalam masa transisi ini, ekonomi perilaku (behavioral economics) yang dilandasi spirit dan nilai-nilai kebijaksanaan lokal akan menguat. Ilmu ekonomi perilaku akan menjadi strategi dan jalan survival dengan karakteristik yang dibentuk berdasarkan efek dan faktor psikologis, kognitif, emosional, budaya dan pranata sosial pada keputusan individu maupun institusi. (TA)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun