Mohon tunggu...
George
George Mohon Tunggu... Konsultan - https://omgege.com/

https://omgege.com/

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Kami yang Babak Belur Dihantam Efek Ekonomi Covid-19

6 April 2020   15:12 Diperbarui: 2 Mei 2020   02:00 979
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi jasa angkut [nyewain.com]

Kata Meki, di masa normal, sebagai supir angkot ia biasa menyetor Rp 150.000 - Rp 200.000 per hari di luar bensin. Itu standar setoran yang diminta majikan. Jika mendapat lebih dari itu, misalnya Rp 300ribu di luar bensin, yang Rp 100ribu tidak Meki setorkan.

Kalau angkutan barang, kondisinya masih lebih baik sebab tidak terlalu banyak butuh solar. Kalau tidak ada pengguna, mobil ngetem, ya solar tidak habis.

Meski begitu, bukan berarti pendapatan supir angkutan barang baik-baik saja.

Pada masa normal, saat tiba jam makan siang, Meki biasanya sudah dapat hingga 3 rit. Itu berarti sudah ada buat setoran ke majikan. Ia tinggal mencari untuk dirinya dan seorang buruh angkut yang membantunya, sebagai tambahan gaji bagi hasil 20% dari majikan di akhir bulan.

Tetapi sejak virus corona ini merebak, sekalipun belum ada kasus positif di Kupang, permintaan penggunaan jasa angkutan barang jatuh drastis.

Kini sehari mendapat 2 order angkut barang sudah sangat beruntung. Tidak jarang Melki tidak dapat uang sama sekali meski ngetem sejak jam 7 pagi hingga hari mulai gelap.

Bulan ini Meki terpaksa minta bantuan pangan dari ayah-ibunya di kampung. Ia dikirimi 20 kg jagung. Padahal masa-masa yang lalu, Meki-lah yang mengirimi orang tuanya uang.

Selama ini jasa angkutan barang palingbanyak digunakan orang-orang yang sedang membangun rumah. Mereka butuh truk pick-up untuk mengangkut bata, kerikil, dan pasir. Itu sebabnya Meki ngetem di depan pusat penjualan kerikil atau sirtu.

Lebih ke hulu, para pengusaha batako juga sedang kesulitan. Dua pekan lalu beberapa kerabat yang punya usaha batako mengaku akan berhenti berjualan batako sebab permintaan juga turun drastis.

Kata mereka itu karena banyak proyek pembangunan perumahan bersubsidi berhenti sementara sebab pemerintah mengurangi alokasi subsidi. Uangnya mau dipakai untuk mengatasi pademi covid-19. Saya tidak tahu dari mana mereka mendapat informasi ini.

Bukan cuma para pengusaha dan pekerja informal kerah biru seperti Meki yang kena imbas ekonomi dari pandemi ini. Pekerja non-permanen kerah putih, yang biasanya disebut konsultan, juga babak belur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun