Mohon tunggu...
George
George Mohon Tunggu... Konsultan - https://omgege.com/

https://omgege.com/

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Memilih dalam Pemilukada Ibarat Menumpang Angkot

3 Maret 2018   13:35 Diperbarui: 3 Maret 2018   23:37 798
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tetapi bagi saya, adanya rumusan program yang meski kelak kebohongan semata tetap lebih menjamin dibandingkan jika si cakada datang dan katakan, "Kamu tak usah memikirkan program-programnya apa. Itu berat. Kamu percaya saja. Asal pilih saya, kamu akan gemah ripah loh jinawi toto tentrem kerto raharjo." Hanya Tuhan yang boleh Anda percayai tanpa syarat, apapun yang Dia rencanakan, tanpa perlu Anda tahu, pasti yang terbaik.

Tentu Anda juga perlu memeriksa tawaran program-program itu. Apakah anggaran yang dimiliki cukup untuk mendanai eksekusinya? Apakah tidak bertentangan dengan ketentuan perundang-undangan yang lebih tinggi? 

Setelah merasa nyaman dengan jawaban yang diperoleh, barulah kini giliran menilai, apakah si cakada adalah supir yang baik? Apakah ia memilikitrack record yang terbukti tidak ingkar janji? Apakah dari latar belakangnya si cakada tidak memiliki konflik kepentingan dengan program yang ia tawarkan.

Misalnya si cakada adalah juragan bisnis resort dan hotel yang telah memisahkan Anda dari indah pantai di balik bangunan tinggi hotel miliknya. Ia juga menguasai konsesi Hak Pengelolaan Hutan yang luas.

Dalam proposal politiknya --tawaran program yang dikampanyekannya-- disebutkan ia akan memastikan rakyat dapat mengakses pantai dan nelayan bebas menambatkan perahunya di teluk-teluk indah yang juga benteng kokoh dari terpaan angin dan gelombang laut di musim barat. Ia menjanjikan, para petani di tepi hutan akan sejahtera melalui program pengelolaan hasil hutan nonkayu. 

 Ini hal yang tidak mungkin sebab itu sama saja dengan si cakada sedang membunuh bisnisnya. Ini sama saja dengan capres yang menyatakan ekonomi Indonesia perlu diselamatkan dengan memastikan tidak ada lagi dana milik pengusaha nasional parkir di luar negeri, sementara ia sendiri memiliki sejumlah rekening gendut di negara tax-haven.

Kalau dari pelacakan rekam jejak dan konflik kepentingan, Anda bisa yakin si supir, eh cakada memenuhi syarat, barulah hati Anda boleh tentram memilihnya.

Bagaimana jika tidak? Kalau Anda bertanya pada saya, saya memilih untuk tidak memilih. Demikian juga jika si cakada punya rekam jejak bebas korupsi, rajin menabung, sholeh, giat bekerja, sayang orang tua, istri-anak bahkan istri tetangga tetapi tidak mampu menggambarkan secara jelas apa saja yang akan ia lakukan dengan kekuasaannya kelak.

Begitu menurut saya. Ingat pemilukada, ingat angkot. Bang, stop, Bang!

***

Tilaria Padika

03/03/2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun