Mohon tunggu...
George
George Mohon Tunggu... Konsultan - https://omgege.com/

https://omgege.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jugun Ianfu Ajisai dari Flores

12 November 2017   18:00 Diperbarui: 12 November 2017   18:31 3009
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi diolah dari nutraforwhitebeauty.org, amazonaws.com, dan liputan6.com

"Begitu ya? Coba masukkan pertanyaan soal pandangan teoretik Tan atas Jalan Baru Muso. Apakah mungkin Jalan Baru itu landasan bagi PKI fokus pada taktik parlementaris di kemudian hari? Minta Tan menjawab sebagai intelektual agar fair, bukan sebagai musuh PKI. Itu akan berguna untuk melihat dari sisi teoretik strategi-taktik perjuangan apakah PKI secara institusional mungkin atau tidak terlibat dalam petualangan September 1965."

"Noted, Boss. Sudah kupikir juga. Aku berangkat sekarang, Ya."

"Yuppp. Jaga baik-baik arloji time-travelmu. Siapkan cadangannya. Jika rusak bisa-bisa tak pulang Kau."

***

Jyestha seharusnya mendarat di luar area pelabuhan. Tetapi entah bagaimana terjadi selisih titik koordinat, ia jatuh di atas geladak kapal tepat setelah blast terakhir, pertanda kapal itu segera  melepaskan pelukan pada tubuh dermaga yang dingin. Beruntung Jyestha jatuh pada geladak di buritan ketika sedang tidak banyak orang di sana.

Jyestha membutuhkan sekitar 3 jam untuk memulihkan kesadaran dan tubuhnya yang limbung. Perjalanan melintasi waktu itu menyiksa fisik sebab ketika berangkat tubuh terurai menjadi partikel-partikel atomik yang bergetar dalam frekuensi sangat tinggi, dan ketika tiba getaran partikel-partikel atomik mereda agar tubuh kembali tersusun utuh.

Setelah kesadaran pulih, Jyestha berencana mencuri salah satu tender karet pada lambung kapal dan segera mengayuh kembali ke daratan. Tetapi beberapa  kelasi Belanda bersenjata dan sejumlah penumpang sedang berada di geladak samping. Memaksakan diri hanya akan memancing belay dan berujung penjara.

Saat itu, hingga 1956, Pelabuhan Merak masih berada di bawah kekuasaan Belanda dan berfungsi sebagai pelabuhan ekpor-impor hingga 1948. Jika tertangkap, tentulah ia jadi tahanan Belanda. Tak mungkin berharap pasukan Brigade Tirtayasa yang menguasai Banten untuk membebaskannya sebab sebentar lagi, 23 Desember 1948, pasukan Belanda berhasil menduduki Cilegon dan memaksa pasukan RI hijrah ke Yogyakarta.

Jyestha bergerak ke dalam, mencari open seating caffetaria. Syukurlah, ia menemukannya. Ia memesan kopi, memilih meja kosong di pojok, dan berpura-pura menikmati kopi agar dapat mendengarkan percakapan para penumpang.

Rupanya ini adalah kapal terakhir yang berangkat dari Merak menuju Jepang. Kapal ini sejatinya sebuah  Shimushu --kapal pertahanan pesisir-- namun telah dimodifikasi sedemikian rupa sehingga menyerupai kapal cargo. Hal itu dilakukan Belanda dan Jepang untuk memulangkan dengan aman sisa-sisa orang Jepang di Indonesia.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun