Mohon tunggu...
tika habeahan
tika habeahan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Be do the best
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

MENJADI BERKAT BAGI SESAMA

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Seni Mengatasi Overthinking

14 Desember 2021   10:04 Diperbarui: 20 Desember 2021   00:27 1814
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi seseorang mengalami overthinking (SHUTTERSTOCK/BASICDOG)

Nah dari pengalaman ini saya menemukan beberapa tips untuk mengatasi overthinking.

Mulailah untuk jujur kepada diri sendiri bahwa kamu sedang tidak baik-baik saja.

Sikap jujur terhadap diri itu sangat penting. Tidak perlu berpura-pura terlihat kuat tapi kenyataannya rapuh. 

Ketika kita berpura-pura, sama halnya kita sedang memperbudak diri kita. Jujurlah pada diri sendiri bahwa ada masalah dalam kehidupanmu yang perlu untuk diselesaikan atau ditangani bukan untuk dihindari atau dilupakan begitu saja. 

Jangan jadikan hati kita sebagai tempat sampah orang lain. Karena kita tidak pernah tahu, kapan ia akan meledak. Sebab, sesuatu yang sebenarnya belum selesai dan berusaha dihindari, hanya akan menjadi semacam bom waktu, meledak di saat kita tidak sedang mempersiapkan apa-apa. 

Selain itu, selama kita menghindari persoalan, justru yang ada selama itu juga kita akan melihat orang lain dari dari sisi negatif. 

Maka dari itu, lebih dahulu berusaha jadi diri sendiri, bertanya pada diri sendiri mengenai apa yang sedang kamu rasakan, apa yang sedang mengganjal. Terima semua perasaan tersebut pelan-pelan dan terima sesuatu yang memang tidak seperti harapanmu itu.

Dengan masuk ke dalam diri sendiri, kita pun telah mampu memahami ada yang tidak beres dengan diri kita. 

Jika kita merasa masalah tersebut tidak dapat kita selesaikan seorang diri, jangan ragu untuk menceritakannya pada orang lain. 

Ceritakan pada siapa pun yang memang kamu percaya, hukumnya adalah kita ada untuk mereka dan mereka ada untuk kita.

Kita bisa menceritakan hal mengganjal tersebut kepada orang terdekat kita, entah itu sahabat atau orang yang sebenarnya nggak dekat-dekat amat sama kita, ataupun pada tenaga profesional semacam psikolog. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun