Mohon tunggu...
Tigrish Levi
Tigrish Levi Mohon Tunggu... Pelajar

Labscib

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Artificial Intelligence di Dunia Seni: Sahabat atau Saingan?

8 Oktober 2025   12:55 Diperbarui: 8 Oktober 2025   12:55 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Artificial Intelligence. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Gerd Altmann

Artificial Intelligence, atau yang sering disingkat AI, telah terintegrasi dalam berbagai bidang kehidupan kita---walau seringkali tanpa kita sadari. AI sudah hadir di sektor kesehatan dengan membantu dokter untuk mendiagnosis penyakit lebih cepat melalui analisis citra medis. Dalam sektor bisnis, AI membantu dalam memprediksi tren pasar, sehingga perusahaan dalam mengambil tindakan proaktif. Sementara itu, di industri kreatif, penggunaan AI masih menjadi sebuah perdebatan. Kehadirannya dalam dunia seni menimbulkan pertanyaan besar: Apakah teknologi AI akan hadir sebagai pendorong kreativitas manusia, atau menjadi pesaing yang akan menggeser posisi mereka?

Terlepas dari dilema dan kontroversi seputar peran AI dalam dunia seni, tak dapat dipungkiri kolaborasi antara seniman dengan teknologi AI sudah sering dilakukan untuk menciptakan karya-karya yang unik dan menarik. Dengan kecerdasan mesin, AI mampu membuat lukisan, musik, bahkan karya sastra hanya dari perintah sederhana. Hal ini membantu seniman bereksperimen dengan ide baru dan menciptakan hal-hal yang sebelumnya sulit dilakukan. Kolaborasi antara manusia dan AI pun bisa menghasilkan karya yang lebih kreatif karena memadukan imajinasi manusia dengan kecerdasan mesin.

Namun, di balik kemajuan itu, kehadiran AI di dunia seni juga punya sisi buruk. Banyak seniman merasa dirugikan karena karya mereka dipakai untuk melatih AI tanpa izin. Ini berakibat pada munculnya masalah soal hak cipta dan keadilan bagi para seniman. Selain itu, makin banyak karya buatan AI yang dijual membuat seniman manusia sulit bersaing, karena karya AI bisa dibuat lebih cepat dan murah. Akibatnya, usaha dan proses kreatif manusia jadi kurang dihargai, dan seni lebih fokus pada hasil, bukan maknanya.

Meski begitu, AI sebenarnya bisa menjadi alat bantu yang berguna bagi seniman. Teknologi ini bisa membantu mempercepat proses pembuatan karya dan memudahkan seniman dalam bereksperimen. AI juga dapat memberi ide atau inspirasi baru yang mungkin belum terpikirkan sebelumnya. Dengan bantuan AI, seniman bisa mencoba dan mengembangkan gaya atau cara berkarya yang berbeda dari biasanya. Jika digunakan dengan bijak, AI bisa menjadi rekan yang membantu manusia untuk terus berkembang dalam bidang seni.

Pada akhirnya, semuanya bergantung pada bagaimana kita menggunakan teknologi ini. Jika AI dimanfaatkan untuk mendukung ide dan imajinasi manusia, seni akan terus berkembang dan menemukan bentuk baru. Namun, jika manusia terlalu bergantung pada mesin, seni bisa kehilangan maknanya. Karena itu, penting untuk menjaga keseimbangan---AI sebaiknya menjadi alat bantu, sementara manusia tetap menjadi pusat dari setiap karya seni.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun