“Sebelum aku pergi, sudikah saudaraku berbagi cerita sedikit. Mengapa saudaraku mulai tadi hanya duduk diam, berhadap-hadap, beradu sudut…?”.
“Kalau tentang itu, akan aku jawab…”.
Sufi perempuna semakin menunduk, menetes air matanya…
“Ia, aku ingin mendengarnya..”, sergah Malik bin Dinar penuh kegirangan.
“Aku dan perempuan yang ada dihadapanku ini adalah ipar. Suaminya dan istriku sudah lama meninggal…”, bisiknya melirih.
“Terus…”, cetus Malik bin Dinar, semakin penasaran.
“Aku sangat mencintai istriku, karena Allah swt. Iparku inipun amat mencintai suaminya, juga karena Allah swt. Maka kami buktikan cinta karena Allah swt. ini dengan saling berdzikir, dan akan terus sampai akhir hayat kami, sebagai rasa syukur atas cinta ini. Karena kami telah menemukan cinta sejati karena Allah swt…”.
Lunglailah Malik bin Dinar, dengan tenaga seadanya ia meninggalkan keduanya dengan tiada hentinya bertasbih kepada Allah swt.
Catatan :
(Kisah ini mengambil referensi dari buku Kasyful Mahjub dan tulisan-tulisan yang setema, dengan sedikit penambahan dari penulis dengan tidak mengurangi konten cerita yang ada. Jika ada beberapa hal yang terlewatkan, atau yang berlebihan, itu murni atas kekhilafan penulis, maka mohon koreksi adanya. Niatan yang ada untuk mengkisahkan kisah ini adalah betapa cinta karena Allah swt. mampu menghadirkan kenikmatan sepanjang hayat. Wallahu’alam bisshawab…)
Kertonegoro, 21 April 2015
Salam,
Berangkat Dari Hati Untuk Menumbuhkan Energi Positif