Untuk memahami posisi strategis sektor migas Indonesia secara global, penting juga membandingkannya dengan negara-negara lain yang memiliki sumber daya migas melimpah, seperti Arab Saudi, Norwegia, dan Malaysia. Meskipun sama-sama negara produsen, cara pengelolaan dan dampak ekonominya bisa sangat berbeda.
Arab SaudiÂ
Arab Saudi adalah salah satu eksportir minyak terbesar di dunia. Pendapatan nasional sangat tergantung pada sektor minyak dan gas, berkontribusi lebih dari 70% untuk keseluruhan pendapatan pemerintah. Namun, negara ini menyadari risiko ketergantungan dan saat ini mempromosikan diversifikasi ekonomi melalui inisiatif program "Visi 2030" untuk pengembangan peralatan non-minyak dan gas seperti pariwisata, industri dan teknologi.
NorwegiaÂ
Norwegia adalah contoh keberhasilan pengelolaan minyak dan gas berkelanjutan. Negara itu menyalurkan pendapatan minyak dan gas dari Sovereign Wealth Fund (SWF), Dana Aset Nasional, saat ini mencapai lebih dari $ 1 triliun. Dana tersebut akan digunakan untuk investasi jangka panjang dan akan memastikan kebahagiaan generasi mendatang, bahkan setelah cadangan minyak dan gas. Norwegia juga sangat ketat dalam menggunakan standar lingkungan dalam industri minyak dan gas.
MalaysiaÂ
Sebagai negara tetangga dengan karakteristik geologis yang mirip dengan Indonesia, Malaysia telah menjadi pemain global di sektor minyak dan gas melalui perusahaan nasionalnya Petronas. Petronas secara aktif berkembang secara internasional, dan sangat terintegrasi dari listrik ke listrik. Selain itu, Malaysia telah mulai memperkuat status energi terbarukannya dan meningkatkan kesadaran akan perubahan arah pasar Global Angers.
Pembelajaran untuk Indonesia
Dari ketiga negara tersebut, Indonesia dapat mengambil beberapa pelajaran penting:
Diversifikasi ekonomi seperti Arab Saudi untuk mengurangi ketergantungan terhadap migas.
Pengelolaan keuangan jangka panjang ala Norwegia untuk menjamin manfaat lintas generasi.