"Bingung Pilih Jurusan? Mungkin Bukan Karena Tidak Pintar, Tapi Tidak Percaya Diri dan Kurang adanya Dukungan"
Tidak sedikit siswa kelas X SMA yang masih galau dalam menentukan pilihan jurusan mereka apakah MIPA atau IPS. Padahal, pemilihan jurusan ini dapat menentukan arah masa depan mereka. Namun sayangnya, fenomena kebingungan ini sering dianggap sebagai hal biasa, bahkan disepelekan.
Dalam perspektif psikologi, kebingungan siswa dalam memilih jurusan bukan sekadar soal kemampuan akademik, tapi berkaitan erat dengan dua faktor penting: self-efficacy dan dukungan sosial. Menurut Albert Bandura (1997), seorang tokoh psikologi terkemuka dari Kanada, self-efficacy adalah keyakinan seseorang terhadap kemampuannya untuk menyelesaikan tugas tertentu. Artinya, meskipun siswa memiliki nilai baik, jika mereka tidak yakin pada kemampuannya sendiri, maka mereka akan ragu dan takut salah memilih.
Contohnya, siswa yang sempat gagal dalam pelajaran biologi mungkin langsung menganggap dirinya tidak cocok masuk MIPA, padahal bisa jadi dia unggul di matematika dan fisika. Bandura menyebut pengalaman pribadi seperti ini sebagai faktor utama pembentuk self-efficacy. Jika pengalaman gagal mendominasi tanpa ada dorongan atau penguatan positif, maka kepercayaan diri siswa bisa merosot.
Di sisi lain, dukungan sosial juga memainkan peran yang tak kalah penting. Sarason, dkk (1990) menekankan bahwa dukungan emosional, informasi, hingga penghargaan dari lingkungan sekitar seperti orang tua, guru, dan teman, sangat mempengaruhi bagaimana seorang remaja membuat keputusan. Sayangnya, tidak semua siswa mendapatkan dukungan seperti ini. Ada yang merasa dipaksa mengikuti keinginan orang tua, ada juga yang justru diabaikan dan dibiarkan memilih sendiri tanpa arahan.
Situasi ini menciptakan dilema psikologis: siswa tidak tahu apa yang harus mereka pilih karena tidak yakin pada diri sendiri, dan tidak ada tempat nyaman untuk bertanya atau berdiskusi. Inilah titik krusial dimana peran sekolah dan keluarga menjadi sangat penting. Guru bimbingan dan konseling bisa menjadi mitra utama siswa, namun kehadiran orang tua tetaplah yang paling bermakna.
Jika kita ingin generasi muda memilih jalan hidupnya dengan yakin, maka sudah saatnya kita berhenti menilai mereka hanya dari nilai ujian. Mari bantu mereka membangun kepercayaan diri dan berikan dukungan yang tulus. Karena sejatinya, anak yang percaya diri dan merasa didukung akan lebih berani melangkah menuju masa depan yang ia pilih sendiri.
Lalu, apa yang harus dilakukan?
       Hmm, sepertinya sedikit cukup memusingkan atau membingungkan ya. Kira-kira apa yang harus dilakukan sebagai orang tua dan sekolah untuk mendukung siswa supaya tidak galau dalam memilih jurusan atau mungkin bisa dikatakan supaya tidak "salah jurusan". Semoga secercah rangkaian strategi ini dapat memberikan manfaat :
1. Â Â Aktif ikut konseling dan mencoba tes minat bakat
2. Â Â Libatkan orang tua