Mohon tunggu...
Tiara Ayu Dwi Prista
Tiara Ayu Dwi Prista Mohon Tunggu... Mahasiswa - Tugas

tiara.adp_

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Mewaspadai Dampak Pandemi Covid-19 bagi Kesehatan Psikologis

25 Juni 2021   20:28 Diperbarui: 25 Juni 2021   21:06 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Psikologi Dalam Perspektif Islam 

Secara normatif, nomenklatur Islam -- al-Qur'an dan Hadits -- tidak hanya  meletakkan asasasas, tetapi juga memuat informasi tentang ilmu pengetahuan ilmiah, termasuk psikologi. Dalam sejumlah ayat yang tersebar di berbagai srah, al-Qur'an banyak menginformasikan tentang dimensi-dimensi psikologis manusia. Tidak hanya sampai disitu, dalam perspektif psikologi, al-Qur'an juga banyak mendeskripsikan tentang tipologi kepribadian manusia. Demikian halnya dengan hadis, ketika berbicara tentang manusia, Rasulullah Saw tidak hanya mendeskripsikan kedirian manusia secara fisikal, tetapi juga secara psikologis (An-Najjar, 2011). 

Ketika berbicara tentang organ tubuh manusia, Rasulullah SAW menegaskan adanya interrelasi antar komponennya.  Ketika berbicara tentang penilaian. Rasulullah Saw menegaskan bahwa Allah Swt tidak menilai dimensi fisikal manusia, tetapi menilai apa yang ada dalam hati atau jiwanya. Berkenaan dengan kendali diri, dalam salah satu hadisnya, Rasulullah Saw menegaskan: Sesungguhnya di dalam tubuh manusia terdapat segumpal darah, yang apabila ia sehat dan baik, maka baiklah seluruh tubuh; sebaliknya, apabila ia sakit, maka sakitlah seluruh tubuh. Ketahuilah, segumpal darah itu adalah hati. (H.R Bukhari berasal dari Abu Nu`aim, Zakariyya, dan Amir.)

Apa saja efek yang yang ditimbulkan stres terhadap tubuh?  

Ketika tubuh mengalami stres otot tubuh akan menegang, Ketegangan otot ini menjadi refleks yang menandakan bahwa tubuh anda memberikan sinyal adanya stres (Kadir, 2020). Saat otot menegang dalam waktu jangka yang panjang keadaan ini dapat memicu reaksi pada tubuh menyebabkan berbagai keluhan otot seperti keluhan otot dibahu, leher atau migrane (Kadir, 2020). Hipotalamus memberikan tanda kepada sistem saraf otonom dan kelenjar pituitary untuk memproduksi kortisol dan epinefrin ketika tubuh mengalami stres (Kadir, 2020). 

Perubahan hormon oleh stres sangat merugikan apalagi jika tidak segera di tangani akan menjadi efek yang berkepanjangan seperti depresi (Kadir, 2010). Ketika menghadapi situasi yang membuat kita stres dan panik kita harus belajar mengendalikan pikiran pemicu stres atau permasalahan tersebut agar tidak gegabah dalam bertindak yang bukan hanya merugikan diri sendiri juga orang lain. Selain itu kita harus beristirahat dengan cukup karena kualitas dan durasi waktu tidur mempengaruhi kadar hormon kortisol di tubuh (Adrian, 2018).

Orang-orang menanggapi pembatasan sosial selama masa pandemi secara berbeda, sesuai dengan karakter mereka masing-masing. Orang yang introvert misalnya akan merasa lebih terisolasi lagi, tapi mereka yang optimis pun juga bisa punya masalah yang lebih besar. Orang orang yang senang berkumpul dengan orang lain; yang ekstrovert & optimis justru sangat menderita akibat pembatasan selama pandemi, ini karena ada pembatasan kontak sosial, jadi kontak sosial nya menurun menjadi lebih sedikit. 

Dan ini juga bisa jadi masalah bagi mereka yang selama ini bersikap positif terhadap kehidupan. Masalah utamanya, orang tidak punya kepastian lagi bagaimana mengendalikan hidup mereka. Jadi misalnya mereka membeli dan menumpuk barang secara berlebihan serta perasaan khawatir akan jatuh sakit juga berlebihan. 

Tentu saja penting memperhatikan kondisi tubuh kita, tapi kalo kita sendiri dan mengajarkan kepada anak-anak generasi kita untuk selalu memperhatikan gejala sakit, batuk, pilek atau detak jantung yang lebih cepat, justru nantinya malah punya ketakutan yang tidak wajar lagi, dan tentunya hal tersebut berbahaya bagi kesehatan mental kita.

Kondisi pandemi juga telah menguatkan kembali pembagian peran klasik dalam lingkup rumah tangga, misalnya istri hanya bertugas mengurus rumah dan menjaga anak-anak, di lain sisi suami hanya fokus pada pekerjaan, mencari nafkah sebagai tulang punggung satu-satunya bagi seluruh keluarga. 

Bekerja dari rumah atau home office juga bisa berdampak pada kondisi kejiwaan kita, dan pada pandangan tentang identitas sosial kita, karena pandangan kita tentang diri kita sendiri juga dipengaruhi oleh  keterikatan suatu kelompok sosial termasuk rekan rekan kerja, home office dalam jangka panjang bisa melemahkan perasaan berafiliasi terhadap rekan kerjanya akibatnya orang merasa terkucil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun