Mohon tunggu...
Tiara AiniZulfa
Tiara AiniZulfa Mohon Tunggu... Editor - Mahasiswa

Hallo, saya Tiara Aini Zulfa seorang mahasiswa di salah satu universitas di jakarta selatan Program studi ilmu komunikasi jurusan Broadcasting

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Perempuan dan Pendidikan dalam Perspektif Feminisme; Haruskah Berpendidikan Tinggi?

12 Juli 2022   20:22 Diperbarui: 12 Juli 2022   20:34 508
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Feminisme gelombang ketiga, pada tahap ini perempuan mulai melihat bahwa perjuangan yang dilakukan oleh perempuan hanya mewakili beberapa golongan saja dan masih ada sekat berupa perbedaan ras, kelas dan perubahan zaman yang terjadi dapat membuka pola pikir manusia. 

Persoalan mengenai perempuan dan hak-haknya dan kasus yang menimpa perempuan mencetuskan sebuah gerakan sebagai upaya membela kaum perempuan. salah satunya Women's March, yaitu organisasi penggerak feminisme yang memiliki basis komunitas feminis di kota-kota besar indonesia.

Di indonesia orang yang mendukung gerakan feminisme ini masih terhalang oleh pandangan dan pendapat masyarakat yang masih keliru tentang makna dari feminisme dan feminis. di indonesia gerakan ini di awali oleh R.A Kartini. Beliau merupakan tokoh yang sangat berpengaruh dalam kebangkitan perempuan pribumi dan beliau adalah pelopor gerakan feminisme, dalam hal ini beliau memperjuangkan hak-hak wanita untuk setara dengan kaum laki-laki.

Karena dahulu pada zaman R.A. Kartini para kaum perempuan di indonesia hanya dapat melakukan pekerjaan rumah layaknya seorang ibu rumah tangga dan tidak turut andil dapat melakukan pekerjaan dalam sektor publik seperti kaum laki-laki.

R.A kartini menulis surat-surat yang mengorbankan semangat di antara kaum perempuan yang isinya adalah "Kami anak-anak perempuan yang masih terbelenggu oleh adat-istiadat lama, hanya boleh memanfaatkan sedikit saja dari kemajuan di bidang pendidikan itu. 

Sebagai anak-anak perempuan, setiap hari pergi meninggalkan rumah untuk belajar di sekolah sudah merupakan pelanggaran besar terhadap adat negeri kami." Di dalam budaya jawa ada empat golongan yaitu golongan miskin, golongan menengah, golongan santri dan golongan abangan. 


Dari empat golongan di atas yang mendapatkan pendidikan hanyalah golongan abangan, mesikupun hanya sampai golongan sekolah dasar. Pada tahun 1904 Dewi sartika mendirikan sekolah pertama yang dikenal dengan "Keutamaan istri". Disinilah gerakan feminisme di indonesia mulai berkembang.

Dalam feminisme Pendidikan juga menjadi salah satu fokus untuk perempuan mendapatkan kesetaraan dan haknya, di indonesia Pendidikan untuk kaum perempuan telah di perjuangkan oleh sosok perempuan yang gigih dalam memperjuangkan hal itu yaitu R.A Kartini. 

Walaupun gerakan feminisme di indonesia ini sudah mulai berkembang Tetapi kenyataannya hingga saat ini pendidikan untuk kaum perempuan di indonesia masih belum merata karena masih kuatnya tradisi yang membuat perempuan tidak dapat mengeyam pendidikan tinggi. 

Hal ini diakibatkan oleh faktor ekonomi dan patriarki yang seolah tidak bisa di tolak ataupun di elakkan oleh kaum perempuan. Padahal kalau di lihat lebih jauh apabila kaum perempuan mendapatkan hak pendidikan yang tinggi itu membantu mensejahterakan dirinya sendiri, menaikan derajat keluarganya serta dapat memberikan ilmu nya kepada orang-orang disekitar.

Di daerah-daerah pelosok bahkan dilingkungan sekitar tempat tinggal saya, masih banyak perempuan kurang mendapatkan pendidikan. seringkali melihat banyak anak-anak terutama perempuan yang tidak bersekolah ataupun putus sekolah karena dituntut harus membantu kedua orang tua nya dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya. banyak perempuan yang tidak dapat melanjutkan pendidikan karena harus dinikahkan demi kelangsungan hidup keluarga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun