Preservasi digital erat kaitannya dalam mencegah kehilangan dan kerusakan data. Pencadangan data (backup) dapat dilakukan secara berkala, sedangkan penyegaran data (refreshing) dilakukan dengan memindahkan data dari media yang lama ke media lain.
4. Pemeliharaan material digital
Setelah sebelumnya dilakukan pemilihan format data, migrasi dilakukan untuk menyesuaikan versi terbaru yang ada. Format ulang dapat dilakukan agar data dapat diakses untuk jangka panjang tanpa mengubah kandungan informasi di dalamnya. Selain dilakukan migrasi, emulasi perlu dilakukan pada sistem agar data digital dalam berbagai format ataupun versi dapat terus diakses dan terbaca oleh sistem.
5. Mengevaluasi efektivitas preservasi digital
Data yang berada dalam sistem harus diperiksa untuk mengetahui kondisi dan kualitas datanya, memastikan bahwa data tetap terjaga serta dapat diakses, dan apakah perlu tindakan perbaikan pada data tersebut.
Bahan pustaka dalam bentuk fisik mengandung nilai informasi yang rentan terhadap kerusakan internal maupun eksternal, alih media hadir sebagai bentuk pemeliharaan koleksi fisik ke dalam media lain. Penambahan format koleksi perpustakaan dalam versi digital memberikan banyak kemudahan dalam transformasi data dan informasi yang dapat meningkatkan efektivitas layanan perpustakaan, namun disamping itu tantangan yang dihadapi juga semakin beragam. Koleksi digital dalam penggunaannya perlu diimbangi dengan adanya pemeliharaan, melihat banyaknya aspek penting dari pemeliharaan koleksi digital.Â
Melalui penerapan preservasi digital yang responsif terhadap perkembangan teknologi, penggunaan metadata, pencadangan data, dan pemeliharaan material digital, kita dapat memastikan integritas, keakuratan, dan ketersediaan data dalam jangka waktu yang panjang. Dengan demikian, preservasi digital bukan hanya sekadar mekanisme pencegahan, tetapi juga merupakan upaya untuk memastikan akses dan keberlangsungan informasi digital di masa depan.