Ketika kecil saya senang sekali mengunjungi Kebun Binatang di akhir pekan. Ketika berkunjung kesana saya selalu bersemangat ketika tiba di atraksi tunggang tunggang gajah. Namun seiring dengan bertambahnya usia, saya mulai menyadari bahwa kegembiraan yang saya dapatkan dari pengalaman tersebut tidak sebanding dengan penderitaan yang gajah itu rasakan.
Secara umum jenis gajah yang digunakan untuk atraksi tunggang gajah adalah Elephas maximus sumatranus atau yang lebih dikenal dengan Gajah Sumatera, subspesies dari Gajah Asia yang tinggal di Pulau Sumatera. Gajah Sumatera termasuk satwa liar dilindungi karena populasinya yang semakin sedikit di alam liar dan Pada tahun 2011, International Union of Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) menetapkan secara resmi status populasi Gajah Sumatera sebagai Critically Endangered (CR) atau diambang kepunahan. World Wide Fund for Nature sebagai organisasi konservasi internasional memperkirakan jumlah Gajah Sumatera di alam liar saat ini hanya berkisar 2.400--2.800 ekor saja. Hilangnya populasi Gajah ini disebabkan oleh pembabatan hutan secara massal dan perburuan liar. Diperkirakan sebanyak 75% gajah dewasa diculik dari alam liar dan digunakan untuk hiburan wisata yang tersebar hampir di seluruh wilayah Asia. Sayangnya, alih-alih menggalakan kegiatan konservasi nyata, seperti meningkatkan proteksi habitat alami gajah dan menggencarkan pemberantasan pemburu liar, keputusan yang diambil memiliki motif ekonomi dibaliknya, salah satunya adalah pembangunan wisata kebun binatang.
Kebun binatang yang dinarasikan sebagai bisnis yang mendukung upaya konservasi Gajah Sumatera seringkali justru membawa penderitaan untuk satwa tersebut. Atraksi menunggangi gajah merupakan salah satu atraksi satwa yang paling populer di hampir setiap kebun binatang di wilayah Asia. Pengunjung dapat berinteraksi secara dekat dan merasakan langsung bagaimana rasanya duduk di atas gajah dan kemudian diajak berkeliling sesuai jalur yang telah dibuat oleh pihak kebun binatang. Atraksi menunggangi gajah yang sangat populer dan menyenangkan bagi pengunjung ini, di sisi lain justru membawa dampak buruk bagi gajah yang mereka tunggangi. Terdapat berbagai kasus gajah mengalami cacat punggung permanen akibat terlalu lama ditunggangi turis. Tekanan terus-menerus pada punggung gajah menyebabkan kerusakan pada tulang belakang mereka. Seperti kasus yang menimpa Pai Lin.
Kasus Pai Lin yang sempat viral pada tahun 2023 lalu diharapkan dapat menjadi kisah yang menyadarkan para turis bahwa kebahagiaan yang mereka dapatkan dengan menunggangi gajah tidak berarti membawa kebahagiaan juga bagi satwanya. Setiap kali turis duduk di atas seekor gajah tunggang, ia turut berkontribusi pada kesengsaraan yang dirasakan satwanya. Para pengunjung perlu menyadari bahwa setiap keputusan yang mereka ambil, bahkan sesederhana memilih atraksi untuk dinikmati dapat memiliki dampak berkepanjangan pada lingkungan disekitarnya. Pengetahuan dan implementasi dari konsep responsible tourist dapat menjadi salah satu jawaban untuk mengatasi permasalahan ini.
Sumber:
Angelina Merry. 2024. Retizen. Stop Tunggangi Gajah! Ia Bukan Satwa Tunggang. diakses pada 3 Juni 2025. Diakses melalui https://retizen.republika.co.id/posts/313222/stop-tunggangi-gajah-ia-bukan-satwa-tunggang.
Rink Sasha. 2023. World Animal Protection. The truth about elephant riding: 7 reasons not to ride an elephant on your next vacation. Diakses pada 3 Juni 2025. Diakses melalui https://www.worldanimalprotection.ca/blogs/truth-about-elephant-riding/.
CNN Indonesia. 2023. 25 Tahun Ditunggangi Turis, Punggung Gajah Thailand Cacat dan Miring. Diakses pada 3 Juni 2025. Diakses melalui https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20230310142428-269-923392/25-tahun-ditunggangi-turis-punggung-gajah-thailand-cacat-dan-miring.
Arradian Danang. 2023. SindoNews. Stop Naik Gajah di Tempat Wisata, Bisa Bikin Tulang Belakang Mereka Bengkok. Diakses pada 3 Juni 2025. Diakses melalui https://tekno.sindonews.com/read/1045243/768/stop-naik-gajah-di-tempat-wisata-bisa-bikin-tulang-belakang-mereka-bengkok-1678669383.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI