Mohon tunggu...
Tiara PuspaRamadanti
Tiara PuspaRamadanti Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Antropologi Budaya UGM

All I'm doing is giving my dream a chance

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Bagaimana Jadinya jika Muatan Lokal Diganti dengan Pendidikan Seks

9 Desember 2020   17:46 Diperbarui: 10 Desember 2020   05:16 1090
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh Wokandapix dari Pixabay

Beberapa penelitian juga menunjukkan kurangnya pembolosan dan peningkatan akademik pada anak yang telah mengambil kursus pendidikan seksual.

Pengalaman seorang siswa di sekolah dengan pendidikan seksual dapat sangat bervariasi. The Sexuality Information and Education Council of the United States and the Future of Sex Education (FoSE) mempromosikan pendidikan seksual berbasis sekolah secara komprehensif diinformasikan berdasarkan bukti yang sesuai dengan usia siswa, kemampuan perkembangan, dan latar belakang budaya sebagai bagian penting dari kurikulum sekolah. 

Program pendidikan seksual memberikan informasi yang akurat secara medis, mengakui keragaman nilai dan keyakinan yang diwakili dalam komunitas, dan melengkapi serta menambah pendidikan seksual yang diterima anak-anak dari keluarga, kelompok agama, komunitas, dan tenaga kesehatan profesional. 

Para remaja dan sebagian besar orang tua setuju bahwa program berbasis sekolah perlu menjadi sumber penting pendidikan formal untuk kesehatan seksual remaja.

Pengaruh perlindungan pendidikan seksual tidak terbatas pada pertanyaan tentang jika atau kapan berhubungan seks, tetapi meluas ke masalah pemilihan pasangan, penggunaan kontrasepsi, dan kesehatan reproduksi. Idealnya, pendidikan ini terjadi bersama-sama di rumah dan di sekolah. 

Jika dalam proses penyampaiannya tercipta ruang-ruang canggung dan cemas, jangan terburu-buru menghubungkan hal tersebut dengan konsep tabu. 

Jangan-jangan, itu adalah ketidakmampuan kita untuk menyampaikan pendidikan seksual dengan tepat kepada siswa atau anak, lalu untuk mencari aman, kita menyebutnya sebagai 'tabu' dan melarang anak-anak kita untuk membahas hal-hal yang dianggap 'tabu' tadi sampai hari ini.

Jangan Masuk Lewat Pintu 'Dosa' dan 'Penyakit'

Pendidikan seks detik ini adalah hasil dari pendidikan seks yang sudah dilakukan oleh generasi-generasi sebelumnya beberapa tahun lalu. Dan pertanyaan singkatnya, sampai kapan kita menemui orang-orang yang beropini bahwa berenang satu kolam dengan pria bisa menyebabkan wanita hamil? 

Saya berharap anak cucu kita tidak akan mendengarkan pernyataan konyol ini lagi. Tetapi, saya juga tidak berharap bahwa anak dan remaja Indonesia mengalami revolusi pikiran tentang pendidikan seks secepat remaja Samoa yang lebih relax, santai, dan permisif dalam perilaku seksualnya. Saya percaya anak dan remaja Indonesia memiliki proses penyesuaian masing-masing sesuai sosio-kultural yang dimiliki.

Pendidikan seks hari ini bisa dimulai dengan penekanan sikap lugas tenaga didik dan orang tua dalam penyampaian materi, jangan lagi canggung dan menggunakan bahasa isyarat dalam menjelaskan materi pendidikan seks. Jangan pernah menggunakan pintu 'dosa' dan 'penyakit' ketika menjelaskan hubungan seksual.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun