Mohon tunggu...
JPIC Kapusin Medan
JPIC Kapusin Medan Mohon Tunggu... Lainnya - Capuchin Brother

Fransiskan Kapusin

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memaknai Kontinuitas dan Diskontinuitas dalam Kehidupan di Hari Raya Paskah

4 April 2021   14:51 Diperbarui: 4 April 2021   14:59 815
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Adam dan Hawa diusir dari Taman Eden (Firdaus). Dengan jerih payah mereka harus bertahan hidup. Mereka memenuhi bumi dengan keturunan dari keturunan pertama hingga seterusnya. Dalam proses ini pula terjadi kontinuitas dosa umat manusia, dari satu keturunan hingga keturunan berikutnya. 

Para nabi diutus Allah agar manusia disadarkan karena telah jauh dari-Nya. Perbuatan jahat, perang, benci, keangkuhan, kesombongan telah tumbuh subur di hati dan pikiran manusia. Berlangsung demikian, dengan cukup lama. Dan pada akhirnya manusia menciptakan 'tuhan' sendiri yakni berhala-berhala yang kemudian disembah. Allah murka melihat ini. Pencipta dikesampingkan oleh ciptaan dan ciptaan menciptakan pencipta yang baru. Terjadi kontinuitas relasi yang tidak baik antara manusia dengan Allah.

---

Nabi tidak cukup. Maka, Allah mengutus Putera-Nya, Yesus Kristus. Lewat inkarnasi (in + caro: menjadi daging, manusia), Yesus menjadi 100% manusia dan melalui fase manusia biasa; lahir, bertumbuh dan berkembang, diberi pengajaran, dan akhirnya wafat. Yesus Kristus ingin memulihkan diskontinuitas relasi manusia dengan Allah.

Rasul Paulus sendiri berkata bahwa Yesus Kristus ingin agar 'manusia lama' (tabiat jelek dan penuh dosa) disingkirkan. Lahirlah manusia baru dengan pola pikir baru, iman baru, semangat baru, dan solidaritas baru. Kegelapan hati mendapat terang dari Kristus yang adalah Cahaya bagi dunia. Yesus membawa kontinuitas baru. 

Lewat pembaptisan dan pembaruan janji baptis, Allah menyucikan kembali diri manusia (luar dan dalam) yang telah tercemari oleh dosa. Pembaptisan menjadi pintu gerbang keselamatan jiwa. Pembaruan janji baptis menjadi momentum mengenang kebaikan-Nya sembari menyesali segala kelalaian yang terjadi serta meningkatkan komitmen menjadi manusia baru. Dan ini mesti berlanjut, tidak hanya pada masa Paska.

Lebih lagi, tubuh dan darah Yesus Kristus menjadi pemberi daya bagi roh manusia agar tetap kuat bertekun dalam perubahan dan pembaruan. Roh harus kuat menahan godaan-godaan kenikmatan duniawi yang semu dan hampa. Seperti kata Paulus bahwa roh memang kuat, tapi daging itu lemah. 

Orang yang setia dan kuat akan berhasil menjalani kontinuitas kebaruan dirinya. Sementara orang yang tidak kuat, akan memilih sisi diskontinuitas  dengan Tuhan dan berpaling pada kontinuitas dengan hal-hal yang kurang baik. Karena bagaimana pun juga, Allah memberikan kebebasan bagi setiap orang untuk pilih percaya atau tidak; beriman atau tidak; berbuat baik atau tidak; setia ataua tidak; dan bertobat atau tidak.

---

Dalam paskah 2021 ini, kiranya setiap umat Kristen dan Katolik semakin memilih jalan yang kontinu kepada pembaruan dan kebangkitan. Baru dalam perbuatan dan pikiran; baru dalam solidaritas dan empati; dan baru dalam perkataan. 

Kita berharap agar kebangkitan pada hal baru dan baik, tidak hanya menjadi perayaan bagi orang Kristen dan Katolik. Orang non-kristiani juga perlu mengalami kebangkitan dan rasa percaya diri. Bangkit menjadi manusia solider, tidak hidup dan nyaman dalam kegelapan. Tetapi, berani menyerukan atau menyuarakan apa yang benar dan baik serta menolak apa yang keliru dan sesat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun