Desa Pace, 27 Spetember 2025 - "Setiap musim hujan, kami selalu was-was. Sudah puluhan warga yang terkena DBD, bahkan ada yang meninggal," tutur Bu Nurul, salah satu warga Desa Pace, menggambarkan kekhawatiran yang menggelayuti masyarakat desa ini.
Kekhawatiran ini bukan tanpa alasan. Data dari Puskesmas Silo 2 periode Januari-Februari 2025 menunjukkan fakta yang mengkhawatirkan: 32 kasus DBD dengan 1 kematian tercatat di Desa Pace. Angka ini menjadikan Pace sebagai salah satu daerah dengan kasus DBD tertinggi di Kecamatan Silo.
Lingkungan yang Mendukung Perkembangan Nyamuk Aedes aegypti
Desa Pace memiliki kondisi geografis yang rentan terhadap perkembangan nyamuk DBD. Sebagian besar wilayahnya berupa perkebunan dengan rata-rata curah hujan sedang (36,3 mm). Banyaknya genangan air dan tempat penampungan air yang tidak terpantau menjadi faktor utama tingginya kasus DBD.
"Kami menemukan banyak jentik nyamuk di bak mandi, tempayan, dan pot bunga warga. Ini menunjukkan kesadaran masyarakat tentang Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) masih rendah," jelas para Kader Kesehatan Desa Pace.
SIGAP DBD: Solusi Komprehensif Penanggulangan DBDÂ
Menanggapi situasi ini, Tim PACYONE menghadirkan program SIGAP DBD (Skrining Guna Atasi Penyebaran DBD) yang berfokus pada pendekatan preventif dan partisipatif masyarakat.
Program ini meliputi:
- Skrining jentik nyamuk rutin di rumah tangga
- Pelatihan pembuatan CYZA Lotion - lotion anti-nyamuk berbahan alami
- Pembagian bibit serai dan pandan untuk penanaman mandiri
- Edukasi PSN secara intensifÂ
CYZA Lotion: Inovasi Berbasis Kearifan Lokal
Salah satu terobosan program SIGAP DBD adalah pembuatan CYZA Lotion, lotion anti-nyamuk yang terbuat dari bahan alami serai dan pandan. Yang membedakan, masyarakat tidak hanya menerima produk jadi, tetapi juga diajarkan cara membuatnya sendiri.
"Kami membagikan bibit serai dan pandan kepada warga agar mereka bisa menanam dan memproduksi lotion secara mandiri. Ini untuk menjamin keberlanjutan program," tambah Febri, koordinator tim SIGAP DBD.
Sebagai produk inovasi awal, CYZA Lotion terus melalui proses penyempurnaan. "Kami posisikan CYZA Lotion sebagai produk purwarupa awal yang akan terus dikembangkan bersama masyarakat," jelas Dicta, Koordinator tim SIGAP DBDÂ
Formulasi Berbasis Riset di Lab Farmasi UNEJÂ
Proses pengembangan CYZA Lotion melibatkan penelitian mendalam di Laboratorium Farmasi UNEJ:
- Uji efektivitas ekstrak serai dan pandan terhadap nyamuk Aedes aegypti
- Formulasi optimal dengan konsentrasi yang tepat
- Uji keamanan untuk semua jenis kulit, termasuk anak-anak
- Uji stabilitas untuk memastikan masa simpan yang panjang
 Kami menghabiskan waktu 2 bulan di lab farmasi untuk mendapatkan formula yang tepat, aman, dan efektif, ujar Firman, Koordinator tim SIGAP DBD
Proses Produksi yang Partisipatif
Meski dikembangkan di laboratorium canggih, proses produksi CYZA Lotion dirancang agar mudah dilakukan masyarakat:Â Â
- Ekstraksi sederhana dengan peralatan dapur
- Formulasi terstandar yang mudah diikuti
- Pengemasan higienis dengan panduan jelas
"Kami mentransformasi kompleksitas laboratorium menjadi kemudahan produksi rumah tangga," jelas Firman, Koordinator tim SIGAP DBD.
Evaluasi program menunjukkan hasil yang menggembirakan, yaitu adanya peningkatan pemahaman masyarakat sebesar 6,59% (dari nilai pre-test 89,55 menjadi 95,45) dan peningkatan Angka Bebas Jentik (ABJ) di rumah-rumah warga
"Yang membanggakan, peserta sudah memiliki kesadaran tinggi sejak awal. Program kami berhasil mengoptimalkan pengetahuan mereka dengan keterampilan praktis," tambah Firman, Koordinator tim SIGAP DBD.
Keunggulan program SIGAP DBD terletak pada sistem keberlanjutannya. Tim tidak hanya memberikan solusi instan, tetapi menciptakan sistem yang mandiri:
- Kader Kesehatan Desa Pace terlatih yang siap memantau perkembangan kasus
- Kebun serai dan pandan di amsing-masing kediaman masyarakat yang terus menghasilkan bahan baku
- Modul JARIPACE yang menjadi panduan tetap
- Grup pemantauan online untuk koordinasi berkelanjutan
"Kami ingin masyarakat Pace mampu melindungi diri sendiri dari DBD, bahkan setelah program kami berakhir," tegas Tya, ketua tim PACYONE.
Program SIGAP DBD tidak hanya tentang pencegahan DBD, tetapi juga:
- Pemberdayaan ekonomi melalui produksi CYZA Lotion
- Pelestarian lingkungan dengan penanaman tanaman obat
- Penguatan kapasitas masyarakat dalam menghadapi masalah kesehatan
Melalui pendekatan yang holistik dan melibatkan seluruh elemen masyarakat, SIGAP DBD berhasil menciptakan sistem pertahanan mandiri terhadap DBD di Desa Pace. Program ini membuktikan bahwa dengan pengetahuan, keterampilan, dan kemauan bersama, wabah DBD dapat dicegah.
"Kami berharap model SIGAP DBD dapat diadopsi oleh desa-desa lain di Jember untuk bersama-sama menekan angka kasus DBD," tutup Tim Pacyone.
Kontak Media: Instagram @promahadesa_pacyone
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI