Mohon tunggu...
Tia Patmawati
Tia Patmawati Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mahasiswa Pasca Sarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

From Fakta to Informasi : Menemukan Makna di Balik Data

15 September 2025   20:19 Diperbarui: 15 September 2025   20:41 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dari Chatgpt

Setiap hari kita dikelilingi oleh fakta. Jumlah siswa yang hadir di kelas, hasil ujian yang diumumkan, laporan keuangan sekolah, hingga berita tentang angka inflasi di media---semuanya adalah fakta yang nyata, dapat diamati, dan tidak terbantahkan. Namun, ada hal menarik yang sering kita lupakan: fakta-fakta tersebut belum tentu bermakna jika berdiri sendiri. Mereka seperti kepingan puzzle yang tercecer, menunggu untuk dirangkai menjadi sebuah gambar utuh.

Ketika fakta itu dicatat, ia berubah menjadi data. Data adalah rekaman dari kenyataan, biasanya berupa angka, simbol, atau catatan tertulis. Lembar absensi siswa adalah data. Daftar nilai rapor juga data. Namun, data masih bersifat mentah, seperti bahan makanan yang baru dibawa dari pasar. Belum bisa langsung dimakan, apalagi memberi rasa, jika tidak diolah terlebih dahulu.

Di sinilah peran sistem informasi menjadi penting. Data yang diolah dengan benar akan menghasilkan informasi. Informasi berbeda dengan data karena sudah diberi makna, relevansi, dan tujuan. Misalnya, catatan absensi siswa yang disusun menjadi grafik tren kehadiran. Dari grafik itu terlihat siswa mana yang rajin hadir dan siapa yang sering absen. Guru dapat menggunakan informasi ini untuk membimbing siswanya, sementara kepala sekolah dapat merancang kebijakan untuk meningkatkan kedisiplina

Fakta: Realitas yang Tak Terbantahkan

Fakta adalah dasar dari segala sesuatu. Ia adalah realitas yang objektif, bisa diverifikasi, dan dapat diamati secara langsung. Dalam konteks pendidikan, fakta bisa berupa jumlah ruang kelas yang tersedia, kondisi sarana prasarana, jumlah guru yang mengajar, atau nilai asli siswa sebelum diproses lebih lanjut. Fakta bersifat apa adanya, belum mengalami interpretasi.

Namun, fakta sering kali berserakan di sekitar kita. Ia muncul dalam percakapan, dalam dokumen resmi, dalam peristiwa sehari-hari. Jika tidak dicatat, fakta akan hilang begitu saja. Seorang guru mungkin tahu bahwa seorang siswa jarang hadir, tetapi jika tidak dicatat dalam absensi, fakta itu hanya akan menjadi ingatan sesaat, tidak dapat diverifikasi, dan akhirnya dilupakan.

Data: Fakta yang Dicatat

Ketika fakta direkam dalam bentuk tertentu, maka jadilah data. Data adalah representasi simbolik dari fakta. Bisa berupa angka, huruf, atau bahkan tanda khusus. Data bersifat netral, tanpa interpretasi, dan hanya menjadi sekumpulan catatan.

Dalam dunia pendidikan, data bisa berupa daftar nilai, arsip absensi, laporan keuangan, maupun jumlah buku di perpustakaan. Namun, pada tahap ini data masih belum berguna untuk mengambil keputusan. Data hanya bahan mentah yang perlu diolah lebih lanjut.

Ibarat bahan makanan, data adalah sayur, beras, dan rempah-rempah yang sudah terkumpul, tetapi belum diolah menjadi masakan. Tanpa proses pengolahan, data hanyalah kumpulan angka yang kaku, tidak memberikan arahan apapun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun