Mohon tunggu...
Thurneysen Simanjuntak
Thurneysen Simanjuntak Mohon Tunggu... Guru - Nomine Kompasiana Awards 2022 (Kategori Best Teacher), Pendidik, Pegiat Literasi, serta Peraih 70++ Penghargaan Menulis.

www.thurneysensimanjuntak.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Bukan Sekadar Merchandise!

24 Juni 2021   16:39 Diperbarui: 24 Juni 2021   17:23 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernah mengagumi atau mengidolakan seseorang? Saya yakin setiap orang pasti memiliki sosok yang dikagumi atau diidolakan. Menurut saya itu manusiawi.

Tentu ada banyak alasan seseorang untuk mengagumi dan mengidolakan orang lain. Barangkali itu karena kepintarannya, kebaikan, keramahan, atau kelebihan lain yang dimiliki.

Bisa saja itu adalah orang tua kita, guru, tokoh publik, artis, pahlawan, dan seterusnya.

Selagi masih dalam tahap wajar, menurut hemat saya itu sah-sah saja.

Mengagumi atau mengidolakan seseorang alangkah baiknya dilakukan untuk tujuan yang postif saja. Misalnya, bisa dengan menjadikan idola tersebut sebagai inspirasi atau role model dalam kehidupan untuk hal-hal tertentu.

Atau barangkali, dapat juga melakukan proses imitasi (meniru) sesuatu dari yang dikagumi atau diidolakan demi pengembangan diri.

Bisa saja meniru penampilan, cara berpikir, cara berkomunikasi, sikap atau karakter, kebiasaan, dan masih banyak lagi. Selagi itu untuk sesuatu yang bernilai, berguna dan membangun diri kita, tentu tidak ada masalah.

Jadi, jangan pernah mengagumi seseorang atau mengidolakannya karena sesuatu yang bersifat negatif atau hal-hal yang tidak membangun diri kita (destruktif). Apalagi harus menirunya.

Saya pribadi juga memiliki sosok yang layak dikagumi.

Saya mengagumi beliau karena cara berpikir dan tulisan-tulisannya yang futuristik sekaligus mampu menginspirasi. Bukunya yang cenderung mengajak pembaca untuk beradaptasi dalam berbagai gelombang perubahan, tentu dapat mendorong untuk menyiasati setiap perubahan sehingga pembaca diajak tidak boleh kalah dalam berkompetisi dan kemajuan diri.

Selain itu, kemampuannya melakukan presentasi yang menarik dan mampu memukau perhatian audiens, tentu menjadi fokus perhatianku, untuk menjadi pembelajaran sebagai seorang pengajar dan pendidik.

Dokpri
Dokpri
Nah, mau tahu sosok yang saya maksudkan? Beliau adalah Prof. Rhenald Kasali, PhD.

Sejak kuliah duapuluh tahun lalu, saya sebenarnya sudah mulai senang membaca buku dan tulisan-tulisan beliau di media massa. Bahkan hingga saat ini, saya tidak pernah ketinggalan untuk membeli dan mengoleksi setiap bukunya yang terbaru.

Selain itu, tidak jarang saya berusaha untuk mengikuti seminar, talkshow, atau launching buku dari beliau.

Bahkan dalam suatu kesempatan, saya pernah mengikuti pelatihan menulis yang diselenggarakan beliau selama dua hari penuh di Rumah Perubahan. Tak dinyana, pelatihan tersebut telah menjadi salah satu titik balik saya dalam urusan tulis menulis.

Dokpri
Dokpri
Bagi saya, buku-buku beliau bukan sekadar koleksi atau ibarat merchandise dari seorang idola, tetapi buku itu telah merasuk ke pikiran untuk ditularkan kembali kepada orang lain yang membutuhkan. Baik itu siswa-siswi yang yang saya ajari di kelas atau pembaca tulisan-tulisan saya dalam edisi tertentu.

Memiliki buku-buku karya beliau, tentu menjadi kebanggan tersendiri bagi saya terutama ketika di halaman pertama buku tersebut tertera sepenggal kalimat motivasi dan tanda tangan beliau. Pasti akan berbeda spesialnya dengan buku yang lainnya. Bukan begitu?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun