Mohon tunggu...
Thurneysen Simanjuntak
Thurneysen Simanjuntak Mohon Tunggu... Guru - Nomine Kompasiana Awards 2022 (Kategori Best Teacher), Pendidik, Pegiat Literasi, serta Peraih 70++ Penghargaan Menulis.

www.thurneysensimanjuntak.com

Selanjutnya

Tutup

Financial

Bukti Cerdas Finansial, Lihat Saja Rekening Banknya!

23 Juli 2018   21:47 Diperbarui: 24 Juli 2018   04:45 996
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sesungguhnya kecerdasan finansial seseorang bukan ditentukan seberapa besar uang yang dihasilkan, tapi seberapa bijak ia mengelola keuangannya.

Dalam sebuah buku saku berjudul "The Money Motivator" yang pernah saya baca, "Berapapun penghasilan Anda tak ada artinya jika Anda tidak menyisihkannya. Apa gunanya memiliki gaji tinggi tapi membelanjakaannya sampai habis. Seseorang yang gajinya 50% lebih rendah dari Anda tapi mampu menabung 20% gajinya, tetaplah lebih unggul dari Anda."

Buku yang ditulis oleh Paul Hanna tersebut sedang mengisyaratkan bahwa kualitas seseorang sangat ditentukan oleh sikap dan kemampuannya dalam mengelola keuangannya, senada dengan yang saya utarakan pada pembuka tulisan ini.

Saya sendiri bukanlah sosok yang sempurna dan mampu mengelola keuangan dengan baik. Tapi dalam beberapa tujuan keuangan yang pernah saya tetapkan, setidaknya beberapa kali berhasil meraihnya dengan cara menabung.

Misalnya ketika masih duduk di bangku SMA. Pengalaman yang tak mungkin terlupakan. Sekitar 26 tahun yang lalu, saya pernah meniatkan untuk traveling ke Jakarta dan Jawa Tengah. Pada masa itu, perjalan antar pulau merupakan sesuatu yang mewah bagi kami yang berasal dari daerah (Sumatera Utara). Tapi dengan menabung, saya bisa mengajak ibu dan seorang adik untuk menikmati perjalan tersebut.

Demikian halnya ketika ingin membeli  rumah tahun 2006 yang lalu. Tanpa menabung, mana mungkin saya memiliki uang untuk DP rumah tersebut. Terlebih karena penghasilan sebagai guru baru yang masih terbatas. Tapi dengan sikap dan kemampuan mengelola keuangan dengan baik, tujuan tersebut pun bisa tercapai.

Dua hal itu adalah contoh dari komitmenku menabung. Baik ketika belum menikah dan sesudahnya. Dan perlu teman pembaca ketahui, bahwa ayahku adalah teladan dan inspiratorku dalam menabung.

Bagiku, beliau adalah sosok yang berhasil mengedukasi kami (anak-anaknya) untuk selalu menyisihkan uang jajan, dan ditabung. Hal itu sudah ditanamkan sejak kecil hingga kami memiliki kesadaran menabung.

Bukan itu saja, bahkan hingga akhir hidupnya, beliau pun tetap berhasil menunjukkan komitmennya untuk selalu menyisihkan uangnya. Itu adalah salah satu wujud cintanya kepada istrinya (ibuku) dalam bentuk warisan tabungan di sebuah bank. Bahkan hingga saat ini, ibuku masih tetap bisa menikmati masa tuanya dari tabungan yang ada di bank tersebut.

Sebenarnya, mengapa kita harus menabung? Mengapa bank masih tetap menjadi pilihan primadona bagi kita untuk menabung? Bagaimana kita membangun kesadaran agar tetap disiplin dalam menabung? Tentu tiga pertanyaan tersebut sangat penting, agar kita selalu berkomitmen dalam menabung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun