Mohon tunggu...
Thomson Cyrus
Thomson Cyrus Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta, blogger, vlogger

Untuk Kerjasama, Bisa hub Kontak Email : thomsoncyrus74@gmail.com DM IG : @thomsoncyrus74

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Meski Saya Pendukung Jokowi dan PDIP, Sebaiknya Tahun 2024 Partai Penguasa Berganti Dulu!

29 Agustus 2020   12:25 Diperbarui: 30 Agustus 2020   22:09 6354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Unay via Tempo.com

Mulai tahun 1999 hingga tahun 2019 saya adalah pemilih setia PDIP. Tahun 2014 dan tahun 2019 adalah pendukung militan Jokowi saat pilpres. Anda bisa cek berbagai tulisan saya di kompasiana.com ini dan di youtube channel saya: Thomson Cyrus hampir semua isi dan narasinya tentang Jokowi dan kinerjanya.

Bila melihat perkembangan politik akhir-akhir ini, saya memiliki kekuatiran tersendiri dengan berbagai hal, terutama soal dampaknya terhadap sosial budaya, juga terhadap road map ekonomi kita yang hingga saat ini masih perlu perhatian besar kita.

Bila kita memperhatikan Rekomendasi Partai pada pilkada serentak yang akan dilakukan pada 09 Desember 2020, maka disana akan bisa kita lihat betapa dinamisnya kepentingan partai politik dan seolah partai politik tidak lagi memikirkan ideologi yang mereka perjuangkan. 

Semua keputusan Rekomendasi diputuskan dengan fragmatis sekali dan hanya bertujuan untuk bagaimana menang pemilu tahun 2024 yang akan datang. Hampir semua partai memutuskan keputusan itu secara elitis tanpa melihat ke bawah lagi. 

Tak soal itu, yang jadi korban, kader militan, yang penting keputusan dan deal-deal tingkat atas dijalankan.

Lihatlah misalnya, Mesranya kini Gerindra dengan PDIP dalam berbagai strategi pemenangan Pilkada di berbagai tempat. Sebutlah misalnya bagaimana Gerindra tidak ragu memberikan rekomendasi kepada Gibran Rakabuming (Anak Presiden Jokowi) di Solo dan Bobby Nasution (Menantu Jokowi) yang berpasangan dengan kader Gerindra (Aulia Rachman) di Medan. 

Lalu PDIP membalas nya dengan memberikan Rekomendasi kepada Rahayu Saraswati (Keponakan Prabowo Subianto) di Tangsel. Itu baru kita lihat yang pokoknya saja, belum melebar hingga ke cabang-cabangnya. 

Padahal ada Nasdem dan PKB yang sejak awal setia berkoalisi dengan PDIP untuk mengusung Jokowi, tetapi mengapa tidak dengan kedua partai itu yang lebih banyak bekerjasama? Pastilah terkait strategi tahun 2024 baik kepentingan Pileg ataupun Pilpres.

Apa yang mau kita lihat dari beberapa contoh sederhana itu? Tentu berbagai keputusan rekomendasi itu sudah diputuskan berdasarkan komunikasi tingkat tinggi di tingkat elite. Dan kita akan bisa melihat hasilnya nanti di tahun 2024 sebagai grand design dari sejak pilkada tahun 2020 ini.

Nah, mengapa judul tulisan saya seperti judul di atas?

Belajar dari perjalanan bangsa ini. Kekuasaan yang terlalu lama dalam satu faksi atau satu rezim itu bisa melahirkan TIRANI. Kita tak mau lagi hidup dalam sebuah tirani.

SBY berkuasa selama 10 tahun, itu sudah cukup bagus bagi kita untuk bisa menilai seberapa bagusnya SBY dan Demokrat misalnya memimpin Negara ini dengan segala plus minusnya. Banyak catatan yang bisa kita petik dari 10 tahun SBY berkuasa terutama soal isu Korupsi yang saat itu heboh.

Lalu sejak tahun 2014 hingga nanti tahun 2024 kita juga bisa mencatat bagaimana Indonesia dipimpin oleh Presiden Jokowi dan PDIP. Kita juga bisa mencatat apa plus minusnya kita dipimpin oleh Jokowi dan PDIP, terutama kerasnya isu-isu radikalisme. Ini penting menjadi catatan kita.

Bila kita analisa dari kaca mata politik, Jokowi dan PDIP baru memimpin sekitar 6 tahun dan kita akan bisa mencatat sisa 4 tahun ke depan seperti apa? 

Saya melihat, perlunya pergantian partai penguasa di tahun 2024 ini dengan pertimbangan bahwa waktu 10 tahun, cukup bagi kita untuk melihat seberapa bagusnya kita dipimpin oleh partai tertentu dan sedapat mungkin, kita jangan memberikan waktu lebih lama dari 10 tahun agar tidak terulang apa yang kita alami selama 32 tahun bersama Soeharto dan Golkar di masa itu. Rezim Orde Baru ada kebaikannya, tetapi banyak juga sisi negatifnya.

Begitu pula yang saya kuatirkan bila PDIP menang hingga 3 kali berturut-turut baik sebagai Parpol maupun dalam Pilpresnya. Kita sudah bisa mulai mencium langkah-langkah itu dengan majunya berbagai Keluarga dekat para elit di berbagai pilkada daerah. 

Penguasa kini, sedang men-design bagaimana caranya bahkan bisa menang paling tidak 4 kali berturut-turut. Kekuasaan yang lama begitu, bisa melahirkan tirani baru untuk masyarakat Indonesia.

Tanpa mengurangi cinta saya kepada PDIP dan Jokowi, maka sudah sebaiknya kita memikirkan agar terjadi pergantian pemegang utama kekuasaan, dengan tujuan yang saya sebut diatas, jangan kita biarkan terlalu lama kekuasaan dipegang oleh satu golongan atau satu rezim. 

Tujuan yang lain adalah agar keputusan-keputusannya fresh dan kita berharap yang baik dilanjutkan seperti pembangunan infrastruktur, tetapi kita juga butuh sentuhan-sentuhan keputusan lain, utamanya dalam soal ekonomi.

Oleh sebab itu perlu di dorong misalnya pemenang pemilu itu Nasdem atau Golkar kembali misalnya tentu sudah dengan paradigm barunya. Kita bisa beri kesempatan misalnya kepada Nasdem untuk mempraktekkan Restorasi perubahannya. 

Kita juga bisa berikan kesempatan kepada Golkar misalnya pemenang Pileg sekaligus Pemenang Pilpresnya. Atau justru bisa kita test dulu, Gerindra pemenang pileg dan pemenang pilpresnya. Dengan demikian ada pergantian ide dan gagasannya.

Jangan-jangan Gerindra yang mampu, misalnya mengangkat derajat wong cilik, dimana menurut hemat saya selama ini gagal dilakukan oleh PDIP dan Jokowi. Jokowi itu adalah pemimpin berpikir Golkar tapi perasaan dan pembawaannya wong cilik, sehingga di satu sisi dia pro investor tetapi gaya hidupnya tidak elitis.

Di survey-survey sudah bermunculan Capres tahun 2024, masih leading Prabowo Subianto lalu ada Ganjar Pranowo, Ridwan Kamil, Anies Baswedan, Sandiaga Uno, AHY,Tri Rismaharini, Erick Thohir, Puan Maharani dan nama-nama itu masih bersinggungan seputar PDIP, Gerindra, Nasdem. 

Justru tokoh Golkar belum naik. Hal-hal seperti ini yang harus menjadi perhatian kita bersama.

Secara pribadi, mungkin saya dan keluarga akan berpindah partai untuk mewujudkan apa yang saya tuliskan diatas. Tetapi hingga selesai Presiden Jokowi memimpin, saya akan terus memberikan dukungan moril baik lewat berbagai tulisan maupun berbagai karya saya yang lain. 

Sebab ide tulisan saya ini, bukan didasarkan pada rasa kecewa atau tidak senang. Justru saya ingin menjaga agar demokrasi di Indonesia ini terus tumbuh dan berkembang dengan baik.

Tetap semangat Indonesia.

Salam kompasiana!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun