Mohon tunggu...
Thomson Cyrus
Thomson Cyrus Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta, blogger, vlogger

Untuk Kerjasama, Bisa hub Kontak Email : thomsoncyrus74@gmail.com DM IG : @thomsoncyrus74

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Jangan Kecewa, (Mungkin) Tidak Banyak Tokoh Populer di Kabinet Jokowi

15 Oktober 2019   19:36 Diperbarui: 16 Oktober 2019   08:56 2089
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
KOMPAS.com/Garry Lotulung

Terhitung sudah kurang dari seminggu menjelang pelantikan Jokowi sebagai Presiden untuk kedua kalinya. Dan tepat pada hari itu juga, Menteri Kabinet Indonesia Kerja jilid I berakhir.

Lalu yang ditunggu-tunggu masyarakat pada tahap berikutnya adalah siapa-siapa saja menteri yang akan dipilih Jokowi untuk membantunya 5 tahun yang akan datang?

Para elite politik dan tokoh masyarakat sudah kasak-kusuk, ke sana ke mari mengadakan penjajakan, lobi sana-sini. Dulu lawan tanding, sekarang malah merapat dan seakan tak pernah terjadi rivalitas. Semua disatukan oleh kepentingan yang sama yaitu kekuasaan.

Teman koalisi saling mendikte dan saling memperlihatkan pengaruhnya, untuk meningkatkan bargaining position. Pertemuan diadakan tanpa melibatkan salah satu tokoh dan sebaliknya demikian yang pada akhirnya meningkatkan saling curiga, mengurangi saling percaya antara satu tokoh dengan tokoh yang lainnya.

Lalu rival koalisi memantau dari kejauhan dan coba masuk di tengah terjadinya saling curiga di antara sesama koalisi. Satu tokoh memperhatikan langkah dan gerak-gerik tokoh yang lain, demikian sebaliknya. Mereka lupa, sesungguhnya keputusan tunggal hanya ada di tangan si empunya hak prerogatif, Jokowi, Mr. President terpilih.

Yang tak kalah sibuknya adalah para makelar jabatan, semua kasak-kusuk, berseliweran di ranah kegelapan. Seandainya, kita punya hak untuk menyadap ponsel berbagai tokoh dan elite politik di Jakarta dua minggu terakhir ini, pasti sangat kacau kasak-kusuknya. 

Segala tanduk akan keluar di saat terakhir ini, membacakan semua apa yang telah dilakukannya untuk pemenangan Jokowi-Ma'ruf Amin. Semua akan bercerita tentang keringat yang telah dikeluarkannya. Maka sesungguhnya, dalam politik tidak ada makan siang yang gratis.

Pun, kata-kata relawan juga sebenarnya sumir, bahkan abu-abu pengertiannya. Sebab banyak grup-grup relawan yang pada akhirnya bermaksud mencari "sesuatu", padahal dia menyebut dirinya sebagai relawan. 

Nah, jangan heran! Grup-grup relawan ini juga sekarang kasak-kusuk menagih keringatnya, secara diam-diam, bergerak di ruang-ruang kegelapan, berharap mendapatkan kabar berita, barangkali ketua tim relawan mereka dipanggil atau justru banyak yang berharap untuk mendapatkan jabatan tertentu.

Nah, yang mereka lupakan adalah bahwa mereka sesungguhnya tak mengenal Jokowi lebih dalam. Banyak yang dekat secara fisik, tetapi tidak mengenal Jokowi. Contoh soal seperti Romahurmuziy yang tersangkut makelar Jabatan (oleh KPK). 

Bung Rommy menganggap dia sudah dekat dengan Jokowi, lalu dia berpikir jika berbuat sesuatu, dia akan aman atau tidak tersentuh. Tetapi dia salah. Jokowi adalah Jokowi, Jokowi yang konsisten dengan integritasnya.

Demikian juga dalam menyusun Kabinet Indonesia Kerja jilid II ini. Orang bisa saja berpikiran, saya Ketum Partai A, Ketum Partai B, dan sebagainya, yang telah berkeringat untuk memenangkan Jokowi-Maruf Amin.

Mereka pasti akan terus-terusan meningkatkan bargaining position-nya sampai hari di mana kabinet akan diumumkan oleh Presiden Jokowi. Dengan harapan mendapatkan lebih banyak kursi di kabinet.

Bukan hanya para elite politik, para tokoh masyarakat, dan para grup relawan saja yang kasak-kusuk menunggu pengumuman Kabinet Indonesia Kerja jilid II, tetapi masyarakat juga berharap bahkan banyak yang memberikan masukan baik dituliskan di akun medsos masing-masing ataupun mereka tulsikan di survey-survey yang diadakan oleh media arus utama.

Tokoh Populer belum tentu dipilih oleh Jokowi!

Sebagai masyarakat yang terus-terusan mengikuti cara berpikir dan cara mengambil keputusan yang selama ini dilakukan Jokowi, saya yakin dan percaya, banyak menteri yang diangkat Jokowi bukan dari kalangan yang populer selama ini. Dan itu dapat membuat masyarakat kecewa untuk sementara waktu, sampai masyarakat mengenal dan mengetahui kinerja menteri yang diangkat oleh Jokowi.

Dalam soal ini, saya bisa menduga akan banyak surprise yang terjadi saat pengumuman nanti, salah satunya ialah banyak tokoh-tokoh yang populer selama ini tidak akan diangkat oleh Jokowi baik menterinya yang masih menjabat saat ini atau dari tokoh-tokoh populer yang banyak diajukan untuk diangkat Jokowi sebagai menterinya. 

Mengapa?

Pertama, Jokowi tentu sudah punya pengalaman dan belajar selama 5 tahun ini dari perjalanan pemerintahannya. Jokowi pasti paham postur kabinetnya. Jokowi juga sudah kenal betul, sudah memetakan di mana potensi dan di mana kelemahan kabinet kerja jilid I selama ini. 

Presiden Jokowi tentu sudah paham benar, bidang ada yang sukses selama 5 tahun dan bidang apa yang masih perlu pembenahan. Lalu bidang apa yang akan diprioritaskannya pada periode kedua nanti, agar Jokowi meninggalkan legacy-nya pada tahun 2024 nanti. 

Nah, karena Jokowi sudah paham mana potensi dan mana kelemahan, tentu saja, ia juga sudah memetakan siapa-siapa yang bisa melanjutkan potensi yang telah dimulai itu dan siapa-siapa yang bisa menutupi kelemahan kinerja dalam 5 tahun pertama.

Presiden Jokowi tentu juga, sudah mengetahui data-data pribadi (curricullum vitae) para tokoh yang dapat mengeksekusi segala kebijakannya di 5 tahun yang akan datang. Presiden Jokowi juga tentu sudah menelusuri integritas calon melalui sumber intelijen yang dia miliki baik di BIN, TNI, Polri, OJK, dan Lembaga lainnya.

Nah, bisa saja nanti nama-nama yang diangkat bukanlah nama-nama yang familiar. Sebab Jokowi mengangkat sang Menteri bukan berdasarkan popularitas, tetapi dia akan mengangkat menteri itu dengan satu konsep berpikir, apakah sesorang itu dapat membantunya atau tidak mengeksekusi segala visi-misi Presiden sebagaimana sering dia katakan dalam berbagai kesempatan.

Kedua, Sudah menjadi pakem atau aturan tidak tertulis bahwa kabinet akan juga menggambarkan dari berbagai perwakilan, meski pada akhirnya tetap harus profesional. Sudah sejak dulu, setiap Presiden akan mempertimbangkan perwakilan daerah, golongan, agama, kesatuan, utusan, dan lain sebagainya.

Itu sebabnya Kabinet biasanya selalu diisi harus ada perwakilan dari Papua misalnya mewakili Indonesia bagian timur, sekaligus juga bisa perwakilan umat Nasrani.

Seorang Presiden juga tentu akan mempertimbangkan warga Bali, Itu bisa perwakilan Indonesia bagian tengah sekaligus perwakilan Hindu. Pun etnis Tionghoa juga mewakili golongan etnis sekaligus pengusaha pun Budha dan Konghucu.

Presiden juga pasti akan mempertimbangkan perwakilan Aceh, Batak, Minang, Melayu (Sumatera), Lalu perwakilan Kalimantan, Sulawesi dan seterusnya. Sunda dan Jawa bisa mewakili pulau Jawa.

Lalu seorang Presiden juga akan mempertimbangkan perwakilan perempuan. Lalu juga mempertimbangkan lulusan mana? UI, UGM, ITB, Unpad, IPB, ITS, USU, Lulusan luar negeri, dan lain-lain. Itu semua dipertimbangkan, dan sesungguhnya tidak sederhana. Belum bicara perwakilan parpol.

Maka jika melihat itu semua, postur kabinet sesungguhnya bisa saya katakan akan jauh dari tokoh-tokoh populer yang selama ini sering di gadang-gadang sebagai Menteri. Dan jika tak memahami semua itu, maka kita akan gampang kecewa.

Ketiga, Presiden Jokowi tentu sudah memiliki prioritas-prioritas yang akan diselesaikan dalam 5 tahun yang akan datang. Sebutlah misalnya mengenai infrastruktur, banyak hasil yang sudah dikerjakan oleh Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono dan akan berlanjut di periode kedua ini.

Tentu untuk melanjutkan pekerjaan baik itu, sudah barang tentu Basuki Hadimuljono akan terus dipakai. Itu sudah pasti, jika kita sudah mengenal Jokowi.

Lalu prioritasnya selanjutnya adalah mengenai 10 New Bali di bidang pariwisata yang sudah berjalan baik, bahkan sektor pariwisata bertumbuh double digit beberapa tahun belakangan ini, maka Menteri Pariwisata, Arief Yahya sudah seyogyanya dipakai Jokowi lagi untuk menyelesaikan itu.

Nah, yang barangkali bisa orang kecewa misalnya adalah jika Menteri Susi Pudjiastuti tidak dipakai lagi di KKP. Orang kan selama ini melihat bu Susi sukses, tetapi barangkali ada data yang lain misalnya seperti bagaimana industri perikanan? Apakah berjalan? Pabrik-pabrik ikan katanya banyak yang tutup. Dan perhitungan-perhitungan seperti ini kan luput dari pantauan atau pengetahuan kita.

Kita berharap cara pandang kita sama dengan Presiden, bahwa bu Susi berhasil di KKP. Tetapi yang saya katakan adalah seandainya. Karena Presiden lah pengguna para menteri ini sebenarnya, jadi Jokowi paham benar, mana menteri yang produktif dan mana yang biasa saja.

Keempat, Jokowi sesungguhnya selama 5 tahun ini banyak mengajak berbagai kalangan untuk berdiskusi tentang berbagai persoalan yang dihadapi bangsa ini. Saat diskusi itulah momen-momen yang digunakan oleh Jokowi untuk merekrut mereka secara diam-diam dan tentu semua ada dalam catatannya.

Jokowi tinggal mengeluarkan catatan dan data yang dia miliki untuk mengisi kursi-kursi Menteri yang akan datang sesuai dengan kebutuhannya. Jadi jangan terlalu banyak kasak-kusuk di bawah meja, karena itu tidak terlalu berpengaruh saat dirinya mengambil keputusan.

Pun tidak perlu memberikan tekanan dan bermanuver seakan mereka punya bargaining position yang lebih tinggi dibanding hak prerogatif presiden misalnya.

Kelima, Jokowi tidak akan banyak mengangkat Menteri yang populer. Karena tokoh-tokoh populer biasanya susah diatur. Jokowi tidak akan melakukan kesalahan yang sama. Dia pasti belajar dari pengangkatan Rizal Ramli sebagai Menteri. Dan jangan kecewa misalnya jika Jokowi tidak mengangkat Mahfud MD dalam jajaran kabinetnya meski banyak yang mengharapkannya.

Menteri yang akan diangkat Jokowi pada Kabinet mendatang, saya yakini banyak berasal dari orang-orang yang tidak populer. Saya yakin Presiden Jokowi belajar dari pengangkatan Rizal Ramli yang populer itu sebagai menteri. Kebisingan yang diciptakan oleh RR saat itu, sangat mengganggu kinerja kabinet.

Jika kita ingin membedah lebih dalam lagi, masih banyak alasan mengapa tokoh-tokoh yang populer itu tidak akan banyak mengisi postur Kabinet Indonesia Kerja jilid 2 nantinya.

Lima (5) gambaran umum di atas, sudah cukup sebenarnya bagi kita untuk memahami dan bisa nanti menerima keputusan yang diambil oleh Presiden Jokowi! Dan tidak akan timbul lagi pertanyaan, mengapa tidak ini dan mengapa orang itu yang diangkat.

Sekali lagi, jika menteri Jokowi tidak akan banyak dari nama-nama yang sangat populer, jangan kecewa.

Salam kompasiana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun