Mohon tunggu...
Thomas Panji
Thomas Panji Mohon Tunggu... Freelancer - Content Writer

Berusaha dengan sebaik mungkin

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Mencintai Keindahan Takdir di 2021

12 Januari 2022   08:00 Diperbarui: 13 Januari 2022   10:08 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dari pasien sembuh COVID-19 | kabar24.bisnis.com

Saat diperiksa oleh dokter, hanya ada satu kalimat yang selalu terlintas dipikiran saya "positif". 

Pikiran ini tentu tidak datang begitu saja, mengingat sang dokter pun juga banyak melempar pertanyaan yang amat sangat berkaitan dengan COVID-19. Di akhir pemeriksaan medis, dokter menyarankan saya untuk segera istirahat.

Di samping itu, saya juga diminta untuk segera melakukan tes COVID-19 paling lambat tiga hari setelah pemeriksaan pertama. Tes ini berguna untuk memberikan diagnosa yang jelas dan terukur, jika gejala yang saya alami belum menunjukkan tanda-tanda pulih. 

Setelah berobat, gejala yang saya alami makin bertambah. Jika tadi hanya mengalami lemas dan lesu, kali ini saya mengalami batuk dan pilek; demam; menggigil; sakit kepala; nyeri otot; dan nyeri sendi hebat.

Singkat cerita, di hari Senin, tanggal 26 Juli 2021 jam 15.45 WIB, karena kondisi saya tidak membaik, akhirnya saya memutuskan unuk tes swab antigen dan hasil tes saya dinyatakan positif COVID-19. 

Saya terkejut dan takut ketika tahu bahwa saya terinfeksi penyakit yang saat ini sudah merenggut jutaan nyawa. Pikiran saya kalang kabut dan saya jelas ketakutan. Saya khawatir akan diri saya, mana lagi saya memiliki GERD yang sangat beresiko jika terinfeksi COVID-19. 

Saya langsung memberi tahu kepada kedua orang tua dan adik yang saat itu tinggal bersama saya, bahwa saya telah terinfeksi COVID-19. Tidak lama berselang setelah makan siang yang cita rasanya hambar karena adanya gejala anosmia dan augesia, akhirnya saya memutuskan untuk melakukan tes swab PCR, mana tahu kalau ternyata swab antigen saya negatif COVID-19. Swab PCR saat itu masih ada kisaran harga Rp 700.000,00 dan memakan waktu yang lama.

Memasuki keesokan harinya, hasil swab PCR saya tetap dinyatakan positif COVID-19. Di hari itu, adik saya langsung bergegas menyiapkan sebuah "kamar karantina" di kontrakan kami. 

Di kamar itulah saya menjalani karantina selama dua minggu lamanya. Kondisi badan saya semakin buruk; makin payah untuk berjalan; makin sakit untuk menelan makanan; kehilangan penciuman dan pengecapan; dan perut serta dada saya selalu terasa sakit ketika mengambil napas panjang.

Namun, bukan hanya karena COVID-19 saja yang membuat hari-hari saya menjadi sangat berat. Hutang skripsi menjadi hal utama yang selalu ada dalam benak dan sangat membebani pikiran saya. 

Coba pembaca bayangkan, saya sudah mulai menyusun skripsi dari bulan Januari 2021. Selama proses penyusunan itu, saya sempat sekali mengganti topik penelitian saya di awal bulan Maret dan akhirnya mengalami banyak pergantian arah penelitian beberapa kali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun