Mohon tunggu...
Tholut Hasan
Tholut Hasan Mohon Tunggu... Guru - Maaf

Maaf

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Melanjutkan Estafet Cinta NKRI

10 Juni 2019   18:45 Diperbarui: 10 Juni 2019   19:03 5
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Sekitar 17 KM dari Karawang dan dibatasi sungai Citarum, pembacaan teks Proklamasi oleh Presiden Soekarno. Bertempat di jalan Pegangsaan Timur no.56 Rengasdengklok Jakarta, bendera merah putih pertama kali berkibar. 

Bendera berukuran satu setengah meter itu dikibarkan di markas PETA (pembela tanah air) di kantor kepresidenan menggantikan bendera Hinomaru (jepang), bahkan ada yang mengatakan Rengasdengklok adalah kota lahirnya Republik Indonesia.

Sebelum itu, petani, pedagang, sopir, pegawai dan lainnya berbondong-bondong menuju Rengasdengklok membanjiri jalan guna melindungi Bung Karno, tepatnya setelah tersiar kabar bahwa Bung Karno akan mengumumkan kemerdekaan Indonesia. Selain itu, mereka juga siap menghadapi jepang andaikan datang menyerang. 

Dengan ringkas Bung Karno Membacakan teks Proklamasi. Selain itu, kalau melihat jauh ke belakang, banyak terjadi pertempuran antara Indonesia dengan kolonial Belanda seperti perang Puputan, perang Gerilya yang dikomandani panglima besar Jendral Sudirman, dan lain sebagainya.

Itu semua merupakan perjuangan para pendahulu yang berjuang keras, rela mengorbankan jiwa hartanya, bahkan sampai tidak makan berhari-hari demi terlepas dari belenggu penjajah. Hasilnya Indonesia pun dapat merasakan angin segar menjadi NKRI.

Untuk itu, kita sebagai generasi muda untuk selalu menanamkan ke lubuk hati akan cinta tanah air, dengan cara menjaga dan mempertahankan keutuhan NKRI agar tidak lagi terulang masa suram Indonesia. Sebab tidak ada gunanya merdeka apabila kita tidak sanggup mempertahankan nash-nash yang para ulama umara sematkan di dinding Pancasila. Juga, memenuhi cita-cita rakyat indonesia, hidup bahagia dan makmur baik jasmani maupun rohani.

Melihat sejarah yang terjadi, lebih dari 700 tahun Islam menguasai semenanjung daratan Spanyol. Islam menjadi negara merdeka, menjadi negara yang ditakuti oleh imperium-imperium negara lain dan menjadi negara yang banyak bermunculan ulama-ulama kharismatik seperti al-Qurtubi, pengarang kitab Tafsir al-Qurtubi, Imam Ibnu Malik pengarang Nazam alfiyah Ibnu Malik dan banyak karangan-karangan lain dalam berbagai bidang, seperti geografi, ekonomi, biologi, kedokteran, perbintangan, penulisan khat, dan banyak yang lainnya.

Tetapi tidak disangka, setelah lebih dari 700 tahun menguasai, akhirnya runtuh juga dalam tragedi perang Salib. Banyak ulama-ulama dibunuh dan ditumpuk menggunung dalam satu tempat. 

Karya-karya ulama dibuang ke sungai hingga bisa diseberangi oleh kuda. Ulama yang masih hidup menangisi kejadian tersebut. Runtuhnya negara Islam disebabkan karena tidak mampu mempertahankan kemerdekaan, lalai dan meremehkan musuh serta merasa bahwa tidak ada yang bisa mengalahkannya.

Kini umur kemerdekaan Indonesia masih terbilang muda semenjak Soekarno membacakan teks Proklamasi yang isinya penjajahan di atas dunia harus dihapuskan. Karena tidak sesuai dengan prikemanusiaan dan prikeadilan. Tentu kita berharap Indonesia tidak seperti negara islam yang tiba-tiba runtuh dalam tragedi perang Salib. 

Kita berharap agar indonesia tidak lagi terjajah untuk kedua kalinya. Mewaspadai hal itu, kita semua, seluruh rakyat indonesia dan seluruh santri indonesia harus mempertahankan kemerdekaan yang telah dicapai para pahlawan. Karena sesungguhnya mempertahankan kemerdekaan akan lebih sulit daripada mengusir penjajah, sebagaimana kata hikmah Bung Karno saat hari pahlawan pada tanggal 10 november 1961 "Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya. Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah. Tetapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun