Mohon tunggu...
Thio Hok Lay
Thio Hok Lay Mohon Tunggu... Guru - Penulis Buku 'Mendidik, Memahkotai Kehidupan'

Teaching Learning Curriculum Department, Yayasan Citra Berkat, Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Guru, Patriot Pahlawan Bangsa

10 November 2020   07:24 Diperbarui: 10 November 2020   07:27 782
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Guru tak boleh bosan dan tak henti-hentinya berjuang keras untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Guru menjadi garda terdepan dalam mengawal proses kelahiran Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas; berkompeten dan berkarakter.  Mengingat, hanya melalui rahim guru professional sajalah, nantinya akan terlahir generasi bangsa yang unggul.

 Guru sebagai Pahlawan

 Dalam predikatnya sebagai pahlawan; kehadiran, semangat, ajaran dan keteladanan dari sosok guru tak akan pernah bisa tergantikan oleh teknologi secanggih apapun. 

Perlu disadari bahwa hanya melalui sosok guru berkualitas sajalah yang nantinya akan menghasilkan generasi emas bangsa; unggul dalam karakter, sikap, pengetahuan dan keterampilan.

Tidaklah berlebihan ketika proklamator bangsa ini pernah berujar, "Bila kita tidak ingin menjadi bangsa kuli, dan menjadi kuli di antara bangsa -- bangsa, maka kita harus menjadi bangsa yang terdidik." 

Sebagai pembangun insan cendekia; sosok pembelajar sepanjang hayat, senyatanya guru merupakan personifikasi dari sosok pahlawan yang keberadaan dan kehadirannya tidak akan pernah lekang dan lapuk oleh perubahan zaman.

Menjadi guru artinya berkomitmen untuk menjadikan aktivitas belajar menjadi bagian tak terceraikan dari diri dan hidupnya. Sekiranya ada guru yang enggan dan mandeg belajar; maka perlu dipertanyakan ulang hakikat dan identitasnya sebagai insan cendekia.

Sudah lebih dari satu dasawarsa, lirik Hymne Guru telah digubah (Surat Edaran PGRI No: 447/Um/PB/XIX/2007 -- tanggal 27 November 2007), lirik pada bagian, "... tanpa tanda jasa" telah digubah menjadi,  "... pembangun insan cendekia." Alhasil, sampai hari ini hasil gubahannya nampaknya masih belum begitu akrab alias masih terasa asing di telinga masyarakat,

Dengan demikian, momentum peringatan Hari Pahlawan senyatanya merupakan saat yang tepat bagi setiap insan di bumi pertiwi untuk memberikan apresiasi, sekaligus mengekspresikaan ungkapan syukur kita atas setiap bentuk perjuangan dan pengorbanan para guru; tetes keringat dan air mata yang didarmabaktikan bagi Ibu Pertiwi.  

Ekspresi syukur tersebut akan menjadi semakin bermakna ketika melalui momentum Hari Pahlawan ini, sebagai bangsa kita diberdayakan  untuk  mengidentifikasi, dan menghidupi semangat kepahlawan untuk terus dapat menyala dan menerangi seluruh aspek perikehidupan dalam hidup bermasyarakat dan berbangsa yang berbhinneka. Bukan sekedar diperingati dengan cara menghafal nama- nama para pahlawan (khususnya bagi para pahlawan yang telah gugur).

Di era perubahan nan serba cepat (disruptif) ini; dimana arus dan gelombang informasi, ilmu dan pengetahuan tersedia dengan begitu melimpah, dan dapat diakses dengan cepat, mudah dan murah, guru perlu untuk melakukan reposisi atas perannya.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun