Mohon tunggu...
Theresya Vita
Theresya Vita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Review Antropologi Agama, Program Studi Antropologi, Untad

19 Desember 2023   11:19 Diperbarui: 19 Desember 2023   11:40 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Theresya Vita_B 301 21 091

Materi Pertama Dr. Rismawati, S. Sos,. MA

Antropologi sebagai disiplin ilmu terus berkembang, tidak hanya pada tataran teoritis tetapi juga sebagai ilmu terapan yang mampu memberikan masukan bagi para pembuat keputusan dalam menentukan kebijakan pembangunan. Di Indonesia, perkembangan antropologi sebagai disiplin ilmu yang dipelajari para mahasiswa di perguruan tinggi masih tergolong baru. Salah satu tokoh penting dalam perkembangan antropologi di Indonesia adalah Koentjaraningrat, sehingga dapat dikatakan bahwa ia merupakan bapak antropologi di Indonesia (Suparlan, 1988). Sebagai tokoh sentral di Indonesia, Koentjaraningrat telah meletakkan dasar-dasar antropologi Indonesia. Beberapa tugas yang berhasil diembannya adalah mengembangkan prasarana akademis ilmu antropologi mempersiapkan dan membina tenaga-tenaga pengajar dan tenaga ahli di bidang antropologi dan mengembangkan bahan pendidikan untuk pembelajaran bidang antropologi (Masinambow, 1997).

Sebagai disiplin ilmu, antropologi merupakan kajian yang multidisipliner yang berupaya mengkaji aspek manusia secara menyeluruh (holistik). Secara historis, antropologi berkembang dari suatu deskripsi hasil-hasil laporan perjalanan para penjelajah dan penjajah tentang kehidupan manusia di daerah yang disinggahi para penjelajah, atau kehidupan salah satu suku bangsa yang tinggal di daerah jajahan. Deskripsi tersebut dikenal dengan nama etnografi. Dalam perjalanannya kemudian, antropologi berkembang sebagaimana keberadaannya sekarang baik di negara-negara Eropa Barat, Amerika maupun di Asia. Beberapa cabang antropologi yang dikenal secara luas saat ini adalah antropologi fisik atau biologi, antropologi sosial, dan antropologi budaya. Di sisi yang lain, antropologi juga merupakan bidang ilmu terapan sehingga hasil kajiannya dapat dimanfaatkan sebagai masukan dalam pengambilan keputusan untuk keperluan pembangunan, terutama dalam pembangunan sosial budaya, seperti antropologi pembangunan, antropologi kesehatan, antropologi ekonomi, dan sebagainya.

Kita bisa melihat dari sudut pandang sejarah, atau dari sudut pandang ajarannya yang bersifat normatif atau dengan cara deskriptif dan dengan cara empiris dan ke empat metode itu atau ke empat cara tersebut dapat saling bertautan dan saling mengisi satu sama lain.

Metode historis metode ini bersifat sejarah karena menelusuri pikiran dan perilaku manusia tentang agamanya sejak masyarakat manusia masih sederhana budayanya sampai gaya agamanya maju. misalnya bagaimana latar belakang sejarah timbulnya konsepsi manusia tentang alam gaib, kepercayaan terhadap alam roh, dewa, sampai pada ketuhanan. Siapa yg mula-mula mengajarkan ajaran-ajaran agama ketuhanan, bagaimana timbul dan terjadinya ajaran agama itu. Bagaimana latar belakang sejarah sebab terjadinya agama itu dan bagaimana terjadinya dan tertuangnya ajaran agama itu ke dalam kitab-kitab suci. Bagaimana cara-cara dan upacara keagamaan itu dilaksanakan dan selanjutnya bagaimana sikap tindak dan perilaku para penganut agama itu masing-masing dalam perkembangan sejarahnya mengapa timbul perbedaan paham dan pengapsiran terhadap ajaran-ajaran agama sehingga dari berbagai agama lahir aliran paham (mahzab) yg berbeda-beda begitu pula tentang waktu tempat dan latar belakang sejarah terjadinya bangunan (rumah ibadah) dan tempat-tempat suci tempat-tempat pemujaan yang bentuknya bercorak ragam mulai dari yang sederhana hingga bentuknya modern.

Agama dan budaya adalah dua hal yang berbeda, namun saling berhubungan. Agama merupakan cipta Tuhan, sedangkan budaya kebiasaan yang diwariskan secara turun temurun sebagai cipta manusia. Dalam konteks kehidupan sehari-hari agama selalu dikaitkan dengan kebudayaan, sehingga tak jarang masyarakat keliru menempatkan posisi agama dan budaya. Sejak awal, Islam lahir pada suatu kondisi tidak hampa budaya, bahkan corak keislaman yang muncul di Indonesia rentan dengan sentuhan budaya lokal yang berkembang jauh sebelum datangnya Islam di Indonesia. Hukum Islam memberikan apresiasi terhadap budaya melalui konsep al 'adah al muhakkamah. Kaidah ini memberikan sinyal bahwa budaya adalah bagian dari valiabel sosial yang mempunyai otoritas hukum.

Islam memberikan ruang terhadap budaya dan tidak memposisikannya sebagai faktor eksternal non implikatif. Kenyataan ini membuktikan bahwa hukum Islam bersifat fleksibel. Karakter hukum Islam yang bersifat akomodatif terhadap budaya merupakan bagian dari perwujudan agama universal. Secara teoritis budaya tidak diakui sebagai salah satu sumber yurisprudensi hukum Islam, namun dalam praktiknya budaya memainkan peranan penting dalam proses pembentukan hukum pada batasan-batasan tertentu. Kabarnya, pembentukan hukum Islam banyak dipengaruhi budaya, ketimbang yang berasal dari Nabi sendiri.

Materi Kedua Yulianti Bakari, S. Sos,. MA

Untuk menangkal pengaruh Soviet di satu pihak, sementara negara-negara Barat terlanjur dimusuhi oleh negara-negara baru yang mengalami "post independence syndrom" tadi, maka para pemikir Amerika menggagas developmentalisme yang adalah baju baru dari kapitalisme. Gagasan ini bertumpu pada dua teori besar. Pertama, teori pertumbuhan ekonomi Prof. W. Rostow. Menurut dia, ada lima tahapan pertumbuhan: Fase pertama, kondisi masyarakat tradisional. Masyarakat tradisional pada hakekatnya statis. Mereka masih dikuasai alam dan kekuatan-kekuatan gaib. Pola perekonomiannya adalah untuk kebutuhan lokal (subsistence). Kedua, pra kondisi lepas landas. Campur tangan pihak luar pada masyarakat tradisional akan mengubah masyarakat tersebut. Meskipun persentuhan itu menggoncangkan masyarakat tradisional, tetapi dari goncangan itu menimbulkan terobosan-terobosan untuk pembaruan. Ketiga. masyarakat lepas landas. Masyarakat ini telah rasional, hambatan-hambatan sosial dan budaya tradisional mulai tersingkir. Selain itu, investasi dan tabungan mulai bergerak naik. Pola produksi pertanian semakin meningkat, tidak hanya untuk keperluan lokal, tetapi berorientasi pasar. Keempat, masyarakat dewasa. Fase perkembangan pertanian pada tingkat sebelumnya akan menunjang pertumbuhan industri yang berkembang dengan dahsyat.

Masyarakat Dayak adalah masyarakat lisan. Oleh karena itu tradisi lisan memainkan peranan sentral dalam tatanan hidup bermasyarakat. Tradisi lisan, kata Waiko (1981), adalah landasan kesadaran diri dan otonomi sebuah suku bangsa ketika mereka berhubungan dengan dunia luar. Jika Waiko benar maka lewat kesadaran itu suku bangsa Dayak menemukan dan mengidentifikasi diri. Maka ia kemudian menjadi salah satu dari identitas kolektif sebuah masyarakat. Sejalan dengan itu, King dan Ave menyebut tradisi lisan sebagai media bagi orang Dayak untuk menyampaikan pandangan mereka tentang kehidupan dan maknanya, tentang kematian dan realitas kehidupan setelah kematian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun