Mohon tunggu...
Theresia Martini
Theresia Martini Mohon Tunggu... Pencinta Keheningan

Menulis adalah tantangan jiwa, mengalahkan diri, sejauh kaki terus melangkah ke depan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Sepotong Waktu Berjalan dalam Diam

17 Juni 2025   21:51 Diperbarui: 17 Juni 2025   21:51 1617
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Puisi: Sepotong Waktu Berjalan dalam Diam  (by. Pixabay)

Puisi:  Sepotong Waktu Berjalan dalam Diam

Sejenak aku melirik, bingkai mungil berbentuk bundar
polos tanpa warna atau gambar
Ia mendetak halus, bukan minta untuk di dengar
terus melangkah tanpa getar, bukan pula untuk mengejar
Sepotong waktu berjalan dalam diam tanpa komentar
tak lelah menghitung detik yang kerap kali tak sejajar

Dua batang jarum berputar tenang, tak terlihat tergesa
terus bergerak, berputar tiada henti, meski tanpa suara
Denting halus kehadirannya, seakan titip pesan bermakna:
"Aku bukan siapa-siapa dan tidak menunggu siapa pun juga.
Aku tak akan pernah kembali di tempat yang sama"

Kaca kecil memantul ramah siluet senja berwarna jingga
melumat ingatan yang tak ingin benar-benar lupa
Menyulam cerita pada siang penuh gelisah di antara jeda dan asa
lalu menyelinap bersama desir senja
Menjadikannya sebagai nyanyian jiwa di lorong sukma
melesapkan harapan yang tak bisa ditawar meski di atas meja logika

Jarum jam berukuran panjang dan pendek itu
melingkar setia di pergelangan tangan kiriku
Layaknya dua kaki waktu yang terus berlalu
membawa pergi seluruh sisa hidupku
Menggelegak harapan begitu riuh, tak pernah keliru
lalu ikhlas untuk melepas, sebelum menghilang tanpa bisa menunggu

@senimelipatluka, 17 Juni 2025

#Tulisan ke-34 Tahun 2025
#Puisi ke-21 Tahun 2025
#Artikel ke-13 Tahun 2025

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun