Mohon tunggu...
Theresia Iin Assenheimer
Theresia Iin Assenheimer Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu dari dua putra

Belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kisah Temanku Sara, Pengungsi Afghanistan

21 September 2021   05:32 Diperbarui: 23 September 2021   04:03 845
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Afganistan von La Legion/Koleksi pribadi

4.Alasan meninggalkan kampung halaman

4.1. Pendidikan anak-anak.

Suatu saat keadaan makin genting, dan tidak aman. Teman sekolah Sara  pulang sekolah hilang dalam perjalanan pulang  dan tidak pernah sampai dirumah. Orang tua Sara takut dan melarang anak-anaknya pergi ke sekolah. Sara menangis  berhari-hari ingin sekali pergi ke sekolah. Kalau kebetulan papanya tidak melaut, mengantar anak-anak pergi ke sekolah. Tetapi papanya tidak selalu di rumah dan antar jemput anak-anak kesekolah.
Sara mengatakan mungkin ini juga alasan mengapa papanya bertekat pergi dari  kampung halamannya, supaya anak-anak bisa mengenyam pendidikan dengan tenang, tanpa rasa takut. 

4.2. Kakak Sulung ditembak Taliban.

Suatu siang, Sara, kakak dan adiknya baru pulang dari sekolah, di rumah telah menunggu beberapa orang laki- laki. Mereka bicara dengan bapaknya, orang-orang itu mau menjemput kakaknya yang mulai dewasa untuk ikut menjadi tentara Taliban. Bapaknya tidak mengijinkan dan kakaknya diam - diam melarikan diri dari pintu belakang. Tetapi beberapa orang dari Taliban  mengetahuinya dan menembak kakaknya.

Bapaknya marah dan tidak bisa berbuat apa-apa, ibunya menangis histeris, menyaksikan anak sulungnya ditembak. Saat menceritakan ini airmata Sara mengalir, dadanya sesak, tetapi terus bercerita. Aku  peluk Sara, saya biarkan dia menangis. Aku bisikkan pada telinga Sara: Menangislah, mungkin akan merigankanmu, sambil aku peluk dan aku genggam tangannya.

Sara bilang mungkin ini yang mendorong bapak dan ibunya mengungsi ke Jerman. Dia tidak mau menyerahkan dua anak laki-laki lainnya yang masih hidup menjadi tentara Taliban dan tidak mau menyerahkan anak perempuan satu-satunya dinikahkan dengan orang Taliban.

Sara bilang seandainya aku di Afganistan, pasti aku telah menikah dan memiliki paling tidak dua anak. 

Sara bilang, dia bersyukur bisa bercerita dan menjadi lebih ringan. Mungkin saking sedihnya bapaknya tidak bisa bercerita, cuma kadang- kadang diam- diam menangis.

Ibunya jarang bercerita, tetapi kalau kesedihan yang mendalam muncul kadang epilepsi datang, kasihan, sekali.

5. Malam Pengungsian

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun