Mohon tunggu...
Theresia Iin Assenheimer
Theresia Iin Assenheimer Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu dari dua putra

Belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Homeschooling dan Kegelisahan Seorang Ibu

17 Maret 2021   06:26 Diperbarui: 17 Maret 2021   06:33 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Michaelku & teman-temannya bermain Handball sebelum pandemi/dokpri

Hampir setiap hari Conny kolegaku dan aku mengambil waktu istirahat bersama. Seperti biasa sambil menikmati sarapan, kami cerita-cerita tentang segala hal. Tetapi pagi ini Conny kelihatan begitu gelisah dan jengkel. Sambil menggerutu dia bilang "Ich hasse Homeschooling, ich will dass die Kinder wieder in die Schulle lernen" Aku benci Homeschooling, aku ingin anak-anak kembali ke sekolah."

Kasihan Conny dan ibu-ibu lain yang harus bekerja sementara anak-anak di rumah dan Homescchooling. Tidak semua pekerjaan di masa pandemi bisa dikerjakan di rumah atau Homeoffice, di mana kerja di rumah sambil mengawasi anak-anak belajar.  Dalam hati aku bersyukur bahwa di masa pandemi ini anak-anakku sudah dewasa. 

Meskipun harus kuliah online tetapi sudah memiliki tanggung jawab sendiri untuk belajar. Meskipun kadang-kadang juga mengeluh "Ich brauche motivation" aku butuh motivasi. Itulah sebabnya meskipun kuliah online anakku tidak tinggal di rumah, tetapi tetap berada di WG (Wohn Gemeinschaft) yaitu apartemen yang disewa bersama-sama dengan student lain. Di sana mereka saling berdiskusi dan memotivasi.

Dari cerita kolega dan sahabatku Conny aku bisa merasakan hal-hal yang memberatkan hatinya di masa pandemi ini.

1. Masa Puber

Wah kompleks sekali permasalahannya, Homeschooling dan anak-anak di masa puber. Temanku bercerita bahwa anaknya berusia 14 tahun, masa- masa sulit. Sebetulnya tidak bodoh tetapi belum ada kesadaran belajar. Aku bisa rasakan anak diusia ini,   kanak-kanak tidak, dewasa belum. Aku ingat masa-masa seperti ini anak-anakku dulu. 

Bicara keras bukan cara yang terbaik. Saat itu aku hanya berfikir saat sulit ini bukan hanya pada kami orang tuannya juga sulit untuk anak-anak. Dimengerti, diterima dan hubungan komunikasi tidak putus merupakan salah satu cara untuk menghadapinya.  Mencari waktu bicara dari hati kehati, untuk mengupayakan kesadaran belajar. Saya mengerti sekali bahwa tidaklah mudah.

2. Peran orang tua dalam belajar anak

Seandainya di masa pandemi ini  bapak atau ibunya di rumah, dan mengawasi mereka belajar mungkin lebih mudah. Sayang sekali Conny sahabatku dan suaminya kebetulan bekerja di bidang yang tidak bisa dilakukan dengan Homeoffice jadi harus meninggalkan rumah dan anak-anak sungguh-sungguh harus belajar sendiri, kasihan memang Hampir setiap hari temanku menelpun anaknya mengecek apakah mengikuti kelas online.

 Conny cerita berdasarkan laporan dari gurunya anaknya sering tidak hadir di kelas online. Beruntung meskipun tidak ada kelas langsung tetapi hubungan orang tua murid dan guru berlangsung baik. Jadi memang penting sekali komunikasi yang baik antara orang tua murid dan guru untuk keberhasilan proses belajar anak.  

3. Ajang pertemuan dengan teman-teman sebaya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun