Mohon tunggu...
Theodorus BM
Theodorus BM Mohon Tunggu... Administrasi - Writer

Seorang pemuda yang senang menyusun cerita dan sejarah IG: @theobenhard email: theo_marbun@yahoo.com wattpad: @theobenhard

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

The Blind (Cerpen Rohani)

14 Mei 2021   14:54 Diperbarui: 14 Mei 2021   14:59 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Benar, bapak. Ia senang melakukan mukjizat. Ia selalu berkata bahwa ia berasal dari sorga dan kuasa itu berasal dari Bapa."

"Siapakah namanya?"

"Namanya adalah..."

Tiba -- tiba sekelilingku menjadi bising. Kudengar orang tiba -- tiba berseru dalam kepanikan, dan deru langkah terdengar di mana -- mana. Sumber keributan ternyata berasal dari jalan luar. Aku tidak tahu apa yang terjadi. Dua pemuda di sampingku juga bergegas. Sebelum mereka beranjak, aku masih sempat menarik lengan salah satunya.

"Ada apa?"

"Berbahagialah, tuan, sepertinya orang yang kusebut tadi sedang melintas di tempat ini. Kami mohon diri!"


Pemuda itu pun tidak terdengar lagi. Namun aku tidak peduli. Orang itu, nabi itu, ada di tempat ini? Sedang melintas di jalan ini? Ah, aku tidak bisa melihat. Namun aku bisa mendengarnya. Sorak -- sorai mulai terdengar. Riuh rendah, seperti sedang mengelu -- elukan seorang raja.

Apa yang bisa kulakukan? Aku ingin disembuhkan. Tidak ada acara lain selain pergi keluar dan berseru. Di tengah suara bising seperti ini yang bisa kulakukan adalah berseru sekeras mungkin, mudah -- mudahan sang nabi bisa mendengar permohonanku minta tolong.

Dan aku mendengarnya. Aku mendengarnya dengan jelas. Ia berada di tengah -- tengah kerumunan dan sedang dielu -- elukan orang banyak. Kata -- kata itu aku ulang agar ia mendengarku.

"Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku."

Dengan kencang aku berseru. Beberapa orang mulai menegurku dan mendesakku, meminta agar aku diam. Namun, sudah kepalang tanggung. Semakin keras aku berseru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun