Mohon tunggu...
Theodorus BM
Theodorus BM Mohon Tunggu... Administrasi - Writer

Seorang pemuda yang senang menyusun cerita dan sejarah IG: @theobenhard email: theo_marbun@yahoo.com wattpad: @theobenhard

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Konsep Surga dan Neraka

24 Juli 2020   14:38 Diperbarui: 24 Juli 2020   14:52 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Seandainya aku mau masuk surga pun bukan aku yang menentukan, bang. Namun poinnya bukan di situ. Menurutku orang -- orang punya persepsi yang salah tentang surga. Mereka hanya mengejar kenyamanan diri sendiri. Seakan -- akan di afterlife nanti kita masih memiliki keinginan dan hasrat. Seakan -- akan kita masih memiliki keinginan daging dan jiwa."

"Apa maksudmu?"

"Menurutku, roh tidak memiliki keinginan daging. Itulah mengapa di kitab suci yang kita anut, definisi surga adalah bersekutu kembali dengan Tuhan, dengan Bapa. Dikumpulkan bersama dengan para pemuja-Nya. Di surga tidak ada lagi gelap dan malam. Tidak ada lagi ratap tangis dan gertak gigi. Yang ada hanya sukacita dan kedamaian."

Ia melanjutkan, "Begitu pula dengan neraka. Neraka adalah keadaan terpisah dari Tuhan. Hanya ada ratap tangis dan kesengsaraan. Jiwa akan merasa hampa jika jauh dari Tuhan. Tentang lautan api yang bergelora, mungkin ada. Tapi tentu abang sudah paham poinnya, bukan?"

Aku terpaku takjub. Tidak kusangka Edo memiliki tingkat pemahaman spiritualitas seperti ini. Aku mengakui bahwa apa yang ia katakan memang masuk akal. Pengertian ini baru bagiku. Namun aku masih ingin melanjutkan diskusi.

"Kalau begitu, ini semua tidak adil. Menurut ajaranmu, hanya mereka yang tahu Tuhan sajalah yang punya kesempatan masuk surga. Hanya mereka yang mengenal ajaran Tuhan sajalah yang bisa masuk surga. Bagaimana?"

"Maka menjadi tugas kitalah untuk mewartakan kabar baik tentang Tuhan kepada mereka yang belum mengenal ajaran keselamatan. Dan lagi, tidak semua yang mendengar kabar baik memilih untuk mengikuti jalan itu. Adakah orang -- orang seperti ini? Adakah orang -- orang yang sengaja menghindari Tuhan, memilih untuk memuaskan kedagingannya, dan menunjuk neraka sebagai pelabuhan terakhir secara sadar? Ada, bang, dan banyak jumlahnya."

Aku manggut -- manggut. Kemudian setelah beberapa lama, aku menatap Edo. "Terima kasih, Edo. Abang belajar banyak hari ini. Jadi, kesimpulannya adalah jangan menjadi makhluk yang egois, yang hanya memikirkan kepentingan sendiri, baik di kehidupan ini maupun kehidupan berikutnya. Yang dikejar adalah Tuhan, maka upahnya adalah surga."

Edo pun tersenyum. "Tepat sekali, bang."

***

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun