Mohon tunggu...
Theodorus BM
Theodorus BM Mohon Tunggu... Administrasi - Writer

Seorang pemuda yang senang menyusun cerita dan sejarah IG: @theobenhard email: theo_marbun@yahoo.com wattpad: @theobenhard

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Skenario Gagal

4 Juli 2020   13:41 Diperbarui: 4 Juli 2020   13:30 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Mas boleh bilang saya orang yang suka mengintip dan kepo. Tapi saya sempat memerhatikan mas dan teman -- teman mas. Sepanjang hari berada di dalam ruangan dan terlihat tegang sekali. Sepertinya mas sedang tertekan karena pekerjaan ini."

Aku tidak menjawab atas pertanyaan ini dan hanya terdiam. Memang benar, aku tertekan. Bahkan kini air mataku mulai menitik di ujung pelupuk. Aku terharu karena ada yang setuju bahwa aku telah bekerja dan mengerahkan kemampuan terbaikku.

"Pak Surya setuju bahwa saya sudah bekerja dengan sebaik -- baiknya?"

"Tentu saja, mas. Ketika istirahat siang pun masnya tidak keluar ruangan dan lanjut bekerja. Begitu pula dengan teman -- teman mas. Pak Bambang saja mengambil waktu istirahat dan menyantap mie kocok buatan saya."

Kini air mata mulai mengalir dari mataku, membasahi pelupuk dan pipiku. Pak Suryanta lanjut berkata.

"Saya sebenarnya bukan orang Kristen, mas. Tapi bos saya, pemilik rumah ini, sering mengucapkan petuah -- petuah yang bijaksana. Mungkin diambil dari kitab suci atau darimana. Tapi sedari tadi perkataan ini terus terngiang -- ngiang di kepala saya. Mungkin harus diucapkan kepada mas. Perkataannya seperti ini. Marilah kepadaKu yang letih lesu dan berbeban berat, aku akan memberikan kelegaan kepadamu."

Pada saat ini aku sudah tidak peduli dengan air mata yang menuruni wajahku. Ya tentu, aku ingat dengan ayat itu. Ada di Matius. Dan Pak Suryanta mengatakan ayat itu bukan karena kebetulan. Tuhan memerhatikanku. Tuhan menyertaiku di tengah semua kepiluan dan tekanan berat ini. Dan Ia memintaku untuk datang kepadaNya. Ia memintaku untuk masuk ke hadiratNya. Terima kasih, oh Tuhanku.

Aku menyeka air mataku. Dengan terisak aku berterima kasih kepada Pak Suryanta. Aku ingin segera pulang dan mengangkat penyembahan. Pak Suryanta tersenyum.

"Bagaimana mas, sudah lega? Masnya kok buru -- buru pulang? Rokok saya ini masih setengah lagi mas, hehehe."

"Tidak apa -- apa mas. Saya ingin bersiap -- siap untuk besok. Besok saya bakal kena marah si bos lagi. Hahaha."

"Syukurlah." ujar Pak Suryanta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun