Mohon tunggu...
Theodorus BM
Theodorus BM Mohon Tunggu... Administrasi - Writer

Seorang pemuda yang senang menyusun cerita dan sejarah IG: @theobenhard email: theo_marbun@yahoo.com wattpad: @theobenhard

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Rakai Pikatan 2 [Novel Nusa Antara]

14 Desember 2018   13:36 Diperbarui: 14 Desember 2018   13:46 535
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Rakai Pikatan berada pada ruang pustaka kerajaan. Atau museum buku. Atau rumahnya.

Ia berjalan menyusuri rak -- rak buku. Kumpulan rak tersebut terbagi berdasarkan susunan buku -- buku. Rak sejarah berisikan buku -- buku sejarah kerajaan nusantara. Tentu saja Kerajaan Medang tidak termasuk dalam sejarah tersebut. Medang masih berusia sangat muda, belum genap tiga puluh tahun, dan merupakan penyatuan dari kerajaan -- kerajaan kecil dari Dieng hingga Kalasan.

Dari rak sejarah tersebut yang paling menarik perhatian Mpu Manuku adalah Kerajaan Sriwijaya. Berdiri sejak abad enam masehi, Kerajaan Sriwijaya berkembang menjadi salah satu kerajaan maritim terbesar di nusantara. Jarang sekali kerajaan tersebut kalah dalam perang karena memiliki angkatan laut yang sangat kuat. 

Di manakah lawan dapat bersembunyi, jika pulau sudah dikepung? Semboyan yang sangat terkenal dari Kerajaan Sriwijaya. Selain itu pengaruh agama Buddha juga berhasil ditanamkan pada banyak tempat di nusantara.

Kerajaan Medang belum memiliki semboyan. Rakai Pikatan berpikir apa semboyan kerajaan yang cocok bagi Kerajaan Medang. 'Kerajaan panutan adalah kerajaan yang membebaskan rakyatnya untuk menganut suatu agama'. Ah, buruk. 'Kekuatan dan kekayaan berasal dari kebudayaan beragama'. Kurang cocok. 

Seorang anak muda berusia belasan membuka pintu dan melangkah masuk ruang pustaka kerajaan. Berambut lurus dan memiliki tinggi sekitar satu setengah depa, ia membuka percakapan dengan Rakai Pikatan, "Mpu Manuku, pertemuan kerajaan akan diselenggarakan sepuluh menit lagi. Raja berharap engkau segera menuju ke ruang pertemuan kerajaan."

"Baik Mpu Tantular, aku akan segera menuju ke sana." jawab Rakai Pikatan.

Mpu Tantular merupakan cendekiawan termuda di Kerajaan Medang. Ia memiliki masa depan yang cerah. Pada usia lima belas tahun ia didaulat untuk memiliki gelar mpu, dan pada tahun pertama ia berhasil menguasai bahasa sansekerta beserta seluruh aksaranya.

Selain aksara Jawa, ia juga sedang mempelajari aksara parahyangan, atau dikenal dengan aksara sunda. Bukan tidak mungkin ia akan menggantikan Mpu Galuh sebagai pemimpin kalangan cendekiawan di Kerajaan Medang. Untuk saat ini Mpu Manuku ditunjuk oleh Mpu Galuh untuk menjadi guru sementara Mpu Tantular. Aku yakin, ia akan lebih pintar dariku suatu saat nanti.

Mpu Tantular melihat Mpu Manuku menutup buku sejarah Kerajaan Sriwijaya. "Sedang mempelajari sejarah Kerajaan Sriwijaya, Mpu Manuku?" tanya Mpu Tantular.

Mpu Manuku tidak menjawab pertanyaan itu. Anak ini memiliki pemikiran yang bagus dan rasa tahu yang tinggi. Namun kau belum sepertiku, Tantular. Belum saatnya. Sebaliknya Rakai Pikatan berkata, "Ayo ikut aku ke ruang pertemuan, barangkali akan ada yang engkau pelajari."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun