Mohon tunggu...
Theodorus Tjatradiningrat
Theodorus Tjatradiningrat Mohon Tunggu... Pendeta dan Gembala Jemaat di GPdI House Of Blessing Jakarta

Saya seorang yang suka membaca, menonton film (sendiri atau bersama keluarga) dan ngopi bareng teman-teman di kala senggang. Saya senang bergaul dengan semua orang dari berbagai kalangan karena saya dapat belajar banyak hal dari mereka.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Apa Kata Alkitab tentang Prostitusi?

20 September 2022   13:23 Diperbarui: 20 September 2022   13:38 2851
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: Dokumen Pribadi

Prostitusi menurut KBBI adalah pertukaran hubungan seksual dengan uang atau hadiah sebagai suatu transaksi perdagangan; pelacuran. Sedangkan pelacur adalah perempuan yang melacur (menjual diri); wanita tunasusila; sundal. 

Jadi, prostitusi atau pelacuran adalah kegiatan hubungan seks dengan bayaran uang, sedangkan pelacur adalah pelaku dari kegiatan tersebut. Penyebab utama seseorang melacurkan dirinya yaitu karena kemiskinan dan gaya hidup hedon. 

Melacur karena miskin ada yang dengan rela dan ada yang dipaksa. Sedangkan melacur karena gaya hidup hedon biasanya dipengaruhi oleh orang lain yang memiliki gaya hidup hedon yang dilihat dan diingininya juga.

Kapan prostitusi/pelacuran/persundalan itu ada? Pendapat umum yang mengatakan bahwa pelacur adalah profesi tertua ada benarnya, tetapi mungkin yang dimaksud ialah profesi berkonotasi amoral. 

Alkitab secara tersirat telah menunjukkan amoralitas seksual berindikasi prostitusi sejak Kejadian pasal 6:1-7 dan pasal 19. Secara tersurat, keberadaan perempuan sundal di tengah masyarakat umum terdapat di Kejadian 38:15-18. Dan perempuan sundal pertama yang namanya disebutkan adalah Rahab, orang Yerikho (Yos. 2:1).

Mengapa di Alkitab pelaku prostitusi disebut pelacur dan perempuan sundal, adakah bedanya? Jawabannya iya. Meskipun maknanya sama, tetapi terdapat perbedaan yang signifikan. 

Pelacur ditujukan kepada perempuan dan laki-laki yang melayani hubungan seks di kuil-kuil penyembahan berhala yang disebut pelacur bakti bagi anak perempuan (gadis) dan semburit bakti bagi anak laki-laki. Sedangkan perempuan sundal ditujukan kepada perempuan, baik yang masih gadis atau yang sudah bersuami atau yang sudah janda yang melayani hubungan seks di mana saja.

Pelacur bakti dan semburit bakti melayani hubungan seks dengan laki-laki dalam rangka pemenuhan ritual kepada dewa-dewi di kuil-kuil berhala. Sedangkan perempuan sundal melayani hubungan seks hanya untuk memuaskan nafsu seksual laki-laki. Persamaan pelacur dan perempuan sundal adalah mereka dibayar untuk pelayanan mereka.

Tuhan Allah melarang orang Israel melakukan praktik pelacuran bakti dan semburit bakti serta menolak persembahan dari hasil prostitusi tersebut (Ul. 23:17-18). Tetapi, di kemudian hari praktik keji tersebut menjamur di Israel, khususnya di kerajaan Yehuda pada era raja Rehabeam, anaknya Salomo, sampai di era raja Asa (1 Raj. 14:24; 15:12; 22:46). Dan parahnya lagi, di era raja Amon pelacuran bakti yang ditujukan kepada dewi Asyera malah diadakan di rumah TUHAN! Dan syukurlah Yosia, anaknya Amon, merobohkannya ketika ia menjadi raja (2 Raj. 23:7).

Tentang perempuan sundal, TUHAN pernah menggunakan istri nabi Hosea yang menjadi perempuan sundal setelah menikah dengan Hosea sebagai lambang pengkhianatan Israel kepada-Nya. 

Israel berpaling kepada dewa Baal sehingga menghasilkan penghukuman TUHAN yang digambarkan melalui ketiga anak Hosea dengan istrinya yang bersundal itu (Hos. 1:2-9). Jadi, di mata TUHAN penyembahan berhala sama dengan persundalan. Baal adalah dewa kemakmuran, Asyera ialah dewi kesuburan; keduanya menjadi ilah yang disembah oleh bangsa Israel yang mendatangkan murka TUHAN.

Dalam perumpamaan tentang anak yang hilang, Yesus menggambarkan tentang kehidupan si anak bungsu yang memboroskan harta bapanya bersama dengan pelacur-pelacur (Luk. 15:30). 

Ini membuktikan bahwa prostitusi di era Yesus sangat marak. Dalam kitab Wahyu, rasul Yohanes menggambarkan kerajaan Romawi yang sangat berkuasa dan menindas umat Kristen dengan sangat keji pada waktu itu dengan sebutan Babel besar, ibu dari wanita-wanita pelacur dan dari kekejian bumi (Why. 17:1-6; 19:2). Jadi, pelacur di Perjanjian Baru penekanannya lebih kepada makna rohani.  

Rasul Paulus memperingatkan jemaat di Korintus dengan pernyataan sikap yang tegas, "Tetapi tubuh bukanlah untuk percabulan, melainkan untuk Tuhan, dan Tuhan untuk tubuh" (1 Kor. 6:13b). 

Kemudian dilanjutkan di ayat 15, "Tidak tahukah kamu bahwa tubuhmu adalah anggota tubuh Kristus? Akan kuambilkah anggota Kristus untuk menyerahkannya kepada percabulan? Sekali-kali tidak!". Percabulan dari kata porne dari kata kerja pernemi yang artinya menjual. Dan di Korintus ada dua macam pelacur: pelacur pemujaan (yaitu penyembahan berhala) dan pelacur budak (yaitu untuk keuntungan). Jemaat Korintus dahulu adalah pelakunya sebelum mereka menjadi Kristen.

Di ayat 16 dan 17, Paulus menekankan bahwa orang Kristen yang berhubungan seks dengan pelacur berarti ia menjadi satu daging (satu tubuh) dengannya. Paulus menegaskan kembali rancangan Allah yang kudus dan mulia akan hubungan seks antara laki-laki dan perempuan yang terjadi hanya dalam ikatan pernikahan dan hal itu yang menyatukan mereka menjadi satu tubuh (Kej. 2:24). Lebih jauh, Paulus menjelaskan bahwa hubungan seks suami dan istri bukan hanya menyatu secara daging, namun terikat dengan Tuhan dan menjadi satu roh dengan Dia!

Di ayat 18, Paulus memerintahkan jemaat untuk menjauhi percabulan atau prostitusi. Dan klimaksnya di ayat 19 dan 20, Paulus menegaskan bahwa tubuh jemaat adalah bait Roh Kudus yang diperoleh karena penebusan darah Yesus. 

Untuk itulah tubuh jemaat harus dipakai untuk memuliakan Allah, untuk melayani Dia dan bukan untuk prostitusi. Jika di Perjanjian Lama penyembahan berhala sama dengan persundalan yang mendatangkan penghukuman Tuhan, maka di Perjanjian Baru percabulan sama dengan penyembahan berhala yang mendatangkan murka Allah (Kol. 3:5-6).

Namun demikian, Tuhan Allah menyatakan anugerah-Nya bagi Israel yang melakukan persundalan dengan pengampunan, penerimaan dan pemulihan hubungan dengan Allah seperti yang digambarkan dalam pernikahan nabi Hosea dengan istrinya, si perempuan sundal itu (Hosea 2-3). 

Demikian pula dengan para pelacur di Perjanjian Baru, Tuhan Yesus menerima mereka dan memberikan pengampunan dosa seperti seorang perempuan berdosa yang menyatakan pertobatan yang sungguh-sungguh di kaki Yesus dengan linangan air matanya, menyekanya dengan rambutnya dan meminyaki kaki Yesus dengan minyak wangi (Luk. 7:36-50). 

Tuhan Yesus mengatakan bahwa nantinya perempuan-perempuan sundal (yang bertobat) akan masuk ke dalam Kerajaan Allah mendahului orang Farisi (ahli agama) yang tidak bertobat (Mat. 21:31). Contohnya adalah Tamar dan Rahab yang mendapat kehormatan dalam silsilah keluarga Yesus (Mat. 1:3,5).

Demikian pelajaran Alkitab pada kali ini, kiranya menjadi berkat bagi Kompasianer yang terkasih. Sampai jumpa pada tulisan berikutnya. Selamat beraktivitas, Tuhan Yesus memberkati Kompasianer sekalian. Haleluyah.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun