Salah satu hal yang bisa kita lakukan agar tidak memperdebatkan ini ialah memiliki pengetahuan kita tentang Covid-19 ini sejelas mungkin, dari sumber yang terpercaya, dan dari penelitian yang ada. Mari kita pelajari lebih dalam tentang Covid-19.
Covid-19 adalah penyakit sistem pernafasan yang disebabkan oleh mutasi RNA virus Severe Acute Respiratory Syndrome CoronaVirus 2 (SARS-CoV-2). SARS-CoV-2  termasuk dalam golongan betacoronavirus, serupa dengan dua coronavirus yang pernah menjadi  wabah yaitu Severe Acute Respiratory Syndrome Corona Virus (SARS-CoV) pada tahun 2002-2003 atau dikenal dengan sindrom pernapasan akut berat dan Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus (MERS-CoV) pada tahun 2012-2013 atau dikenal dengan sindrom pernapasan timur tengah.Â
SARS-CoV-2 utamanya menyebar melalui kontak langsung melalui droplet (cairan dari saluran pernafasan). Salah satu cara virus tersebut masuk ke sel inang adalah dengan berikatannya spike glycoproteins, bagian yang paling imunogenik (bagian yang paling memicu aktifnya respon kekebalan tubuh seseorang yang terinfeksi) dari virus corona dengan reseptor Angiotensin Converting Enzyme-2 (ACE-2). Sebaran reseptor ACE-2 terbanyak adalah pada alveolus di paru-paru, jantung, ginjal, dan usus.Â
Di organ tersebut virus yang berhasil masuk kedalam sel inang melepas RNA dan berplikasi sehingga mereka semakin banyak dan menyebar ke sel lainnya sehingga menimbulkan gejala.
Penelitian menunjukan bahwa gejala Covid-19 ini bervariasi dari gejala yang ringan hingga gejala berat yang bisa membahayakan nyawa seperti Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) atau gangguan pernapasan berat karena kerusakan alveolus akibat penumpukan cairan dari pembuluh darah kapiler di paru-paru , Multi Organ Dysfunction Syndrome (MODS) atau penurunan fungsi organ pada pasien sehingga tidak mampu mempertahankan kondisi tubuh untuk berfungsi dengan normal, Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) atau kelainan yang mengakibatkan darah membeku secara berlebihan sehingga, gumpalan darah menyumbat dan menghalangi aliran darah untuk mencapai organ tubuh tertentu, Â dan Syok Sepsis atau kondisi kegawatdaruratan yang disebabkan oleh peradangan di seluruh tubuh akibat infeksi.
Penelitian di wuhan pada 1099 pasien menunjukan keluhan mereka yaitu demam (88%), batuk kering (67%), lemas (37%), sesak nafas (18,7%), nyeri otot (14,9%). Keluhan lainnya seperti nyeri kepala, nyeri tenggorokan, dan gejala pencernaan. Gejala paling berat adalah pneumonia atau peradangan pada paru-paru, dengan ARDS pada 3.4% pasien.
Para peneliti memercayai bahwa penyebab beratnya keluhan pada pasien adalah akibat fenomena Cytokine Storm atau Badai Sitokin. Sudah lama diketahui bahwa Badai Sitokin berperan penting pada proses sistem kekebalan tubuh selama infeksi virus.Â
Sitokin merupakan protein yang dihasilkan oleh sistem kekebalan tubuh untuk melawan infeksi dan memicu terjadinya inflamasi (mekanisme tubuh untuk melindungi diri dari infeksi atau cidera dengan mengaktifkan sel-sel proinflamasi).
Pada kondisi normal, sel yang terinfeksi virus akan dihancurkan oleh sel NK dari sistem imun bawaan dan CD8 dari sistem imun adaptif melalui beberapa tahapan.Â
Hal ini menyebabkan kematian dari sel yang terinfeksi. Saat sel NK dan CD8 tidak dapat menghancurkan sel yang terinfeksi, hal tersebut memicu aktifnya reaksi inflamasi yang ditandai dengan pengaktifan sitokin proinflamasi seperti TNF, Interferon (IFN- dan IFN-) dan beberapa Interleukin seperti IL-1, IL-6, IL-18, dan IL-33. Badai sitokin adalah aktivasi berlebihan respon imun tersebut hingga merusak sel-sel tubuh.
Ada beberapa hipotesis akan terjadinya fenomena Badai Sitokin pada Pasien Covid-19, salah satunya ialah replikasi dari SARS-CoV-2 yang sangat cepat menyebabkan banyak sel rusak dan mati, sehingga memicu aktifnya mediator-mediator proinflamasi secara berlebihan.Â