Pernahkah kita bertanya tentang hal ini pada diri sendiri. Kapan terakhir kita benar-benar merasa bahagia? Apa yang paling membuat kita bahagia?Â
Jawabannya pasti berbeda antara satu dengan lainnya. Mungkin bagi sebagian orang, memiliki uang, jabatan, barang dengan jenama tertentu,  atau kemewahan yang dimiliki bisa memberikan rasa bahagia, namun bagi yang lain tidaklah  demikian.
Mungkin hal sederhana dalam hidupnya justru membuatnya bahagia. Teman saya misalnya, bisa melihat cahaya matahari setelah hujan saja membuatnya bersyukur luar biasa.Â

Itu karena takaran bahagia datangnya dari hati masing-masing, berbeda satu dengan lainnya. Tentang kebahagiaan dalam kesederhanaan ini juga dituturkan oleh seorang Dalai Lama.
Kebahagiaan sejati ditemukan dalam kesederhanaan, bukan dalam kemewahan_ Dalai Lama
Maraknya isu efisiensi yang digencarkan pemerintah saat ini, tentu mendorong sebagian orang untuk merayakan Lebaran atau hari raya keagamaan lainnya dengan cara yang berbeda.Â
Minimalis, namun tetap tidak kehilangan hati, tetap menghadirkan yang terbaik bagi keluarganya dan berbagi dengan sesama.
Tak perlu meja makan yang penuh sesak dengan hidangan, cukup masakan rumahan yang dibuat dengan cinta dan kasih. Dengan demikian, kita juga tetap bisa menjaga kondisi keuangan dengan berhemat.
Tak perlu memaksakan diri membeli baju baru jika yang lama masih layak dipakai. Sejatinya, yang perlu diperbarui adalah keikhlasan dan kebaikan yang dialirkan pada sesama yang lebih membutuhkan uluran tangan kasih kita.
Menjaga silaturahmi  dengan keluarga dan sahabat, meski hanya lewat panggilan video atau pesan singkat yang tulus. Merayakan kebahagiaan sejati tidak harus dalam kemewahan.
