Mohon tunggu...
Ragu Theodolfi
Ragu Theodolfi Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat seni, pencinta keindahan

Happiness never decreases by being shared

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Perempuan Kuat, Hebat, dan Luar Biasa Itu Aku

23 Desember 2022   22:28 Diperbarui: 23 Desember 2022   23:25 562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menikmati alam Sumba Barat Daya, Danau Weekuri (Dokpri)

Menerima tawaran kompetisi blog di Kompasiana dengan tema Semangat Ibuku Tak Lekang Era sebenarnya membuatku meragu. Pasalnya, sosok seorang perempuan sederhana, yang hangat dan penuh cinta, telah tiada saat aku berusia 12 tahun. 

Akhirnya aku memutuskan untuk menulis tentang diriku sendiri. Seorang ibu yang juga dipenuhi cinta yang hangat bagi anak-anaknya, juga bagi keluarga, dan memilih untuk tetap bahagia di dalam hidupnya. 

Hidup memang tak selalu mudah

Menjadi seorang ibu tunggal bagi tiga orang putra yang kini beranjak dewasa, tentu tidak segampang membalikkan telapak tangan. Mengemban tanggungjawab yang dulunya dilakukan bersama pasangan, menjadi tidak mudah ketika dilakukan sendiri. Dari urusan cucian hingga urusan perbaiki plafon. Dari panci yang kotor sampai lampu yang harus tetap menyala. 

Saat pasangan meninggal, anak bungsuku sedang duduk di kelas tiga SMP. Jadi, tugas tambahan bagiku di pagi hari setelah masak dan mempersiapkan bekal bagi diriku sendiri dan anak-anak, adalah mengantar si bungsu ke sekolah. 

Memang, bukanlah ibu yang sempurna, namun diriku mencoba memberikan versi yang terbaik buat anak-anakku. 

Semakin ke sini, karena anak-anak juga sudah beranjak dewasa, banyak tugas lain yang bisa ditangani bersama, terutama untuk urusan bersih-bersih dan urusan lainnya. 

Healing terbaik berasal dari diri sendiri

Dibalik ketegaran yang coba aku tunjukkan pada anak-anak, kadang sisi diriku yang lain merasakan kesedihan, seperti kehilangan arah. Kehilangan jati diri. 

Beruntung, bahwa reaksi penolakan akan kehilangan dari dalam diriku tidak berujung pada depresi.  Salah seorang temanku, yang memahami ilmu kejiwaan, menyarankan untuk 'mengobati' sisi jiwaku yang terluka terlebih dahulu. Beruntung pula, bahwa aku dikelilingi oleh keluarga dan sahabat yang luar biasa saat melewati masa-masa sulit. 

Seiring berjalannya waktu, aku menyadari bahwa proses menyakitkan ini harus dilewati. Diriku harus 'sembuh' untuk mereka yang kucintai. Berbicara pada Tuhan adalah cara terbaik untuk menyembuhkan diri. Aku selalu punya waktu 'intim' untuk berbicara apa saja denganNya. 

Langkah berikutnya adalah melakukan yoga dan belajar meditasi.  Yoga yang kulakukan setiap hari, bukanlah yoga yang sulit, tapi yoga sederhana yang sangat membantuku untuk mengatur pernapasan dan metabolisme dalam tubuh. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun