Mohon tunggu...
SUKRON
SUKRON Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Yatsi Madani

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Mengenali dan Mengelola Risiko dalam Bisnis: Menyiapkan Langkah Sebelum Tantangan Tiba

11 Juli 2025   13:55 Diperbarui: 11 Juli 2025   15:19 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Entrepreneur. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcomp

Dalam dunia bisnis, risiko bukanlah sesuatu yang dapat dihindari, tetapi sesuatu yang harus dipahami dan dikelola. Tidak peduli seberapa matang perencanaan yang dilakukan, ketidakpastian selalu menjadi bagian dari setiap langkah usaha. Karena itu, pengusaha yang cerdas bukanlah mereka yang mencoba lari dari risiko, melainkan mereka yang mampu mengantisipasi, menilai, dan menyusun strategi untuk menghadapi kemungkinan buruk yang bisa saja terjadi. Di sinilah pentingnya manajemen risiko sebagai fondasi dalam menjaga kelangsungan dan pertumbuhan sebuah usaha.

Manajemen risiko bisnis merupakan proses terstruktur dalam mengidentifikasi, menganalisis, dan merespons risiko yang berpotensi mengganggu jalannya operasional dan pencapaian tujuan perusahaan. Proses ini tidak hanya relevan bagi perusahaan besar, melainkan juga sangat penting bagi pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Karena sering kali, usaha kecil justru memiliki daya tahan yang lebih terbatas terhadap kejadian tak terduga. Mulai dari kerusakan alat produksi, ketidakhadiran karyawan kunci, keterlambatan pasokan bahan baku, hingga perubahan tren pasar, semua itu bisa menjadi ancaman jika tidak dikelola dengan baik.

Risiko dalam bisnis bisa datang dari berbagai arah. Pertama adalah risiko internal, yang muncul dari dalam organisasi itu sendiri, seperti kesalahan manajemen, kelemahan sistem kerja, atau konflik antar karyawan. Kedua adalah risiko eksternal, yaitu yang berasal dari luar dan tidak bisa dikendalikan langsung, seperti perubahan regulasi, bencana alam, fluktuasi nilai tukar, hingga krisis global seperti pandemi. Dalam menghadapi semua jenis risiko tersebut, langkah awal yang harus dilakukan adalah identifikasi. Proses ini dilakukan dengan mencermati seluruh aspek kegiatan usaha untuk mengenali titik-titik rentan yang berpotensi menimbulkan gangguan.

Setelah risiko diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah analisis. Di tahap ini, pengusaha perlu menilai seberapa besar kemungkinan risiko itu terjadi, serta sejauh mana dampaknya terhadap keberlangsungan usaha. Proses ini bisa dilakukan secara kualitatif (berdasarkan pengalaman atau penilaian ahli) maupun kuantitatif (menggunakan data historis atau perhitungan statistik). Dari hasil analisis, barulah disusun prioritas: mana risiko yang perlu ditangani segera, mana yang bisa ditoleransi, dan mana yang perlu dicari solusi jangka panjangnya.

Strategi pengendalian risiko dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Salah satunya adalah risk avoidance atau menghindari kegiatan yang berisiko tinggi. Misalnya, menunda ekspansi ke daerah yang belum stabil secara hukum. Cara lainnya adalah risk reduction, yaitu mengurangi potensi dampak risiko dengan meningkatkan efisiensi sistem, memperkuat kontrol internal, atau melatih karyawan agar lebih siap menghadapi situasi darurat. Selain itu, ada pula risk sharing atau berbagi risiko, misalnya dengan menggunakan asuransi atau menjalin kerja sama dengan mitra strategis. Dan terakhir, risk acceptance, yakni menerima risiko yang kecil atau tidak berdampak signifikan.

Manajemen risiko bukanlah pekerjaan satu kali, melainkan proses berkelanjutan. Dunia bisnis sangat dinamis, sehingga apa yang dianggap risiko hari ini bisa berubah bentuk dan skalanya di masa depan. Oleh sebab itu, pemantauan secara rutin dan evaluasi berkala sangat penting dilakukan. Bahkan, perusahaan yang sudah matang sekalipun tetap perlu memperbarui kebijakan risikonya sesuai dengan perkembangan teknologi, kondisi ekonomi, dan perubahan perilaku konsumen.

Sebagai ilustrasi, seorang pelaku UMKM yang memproduksi kerajinan tangan mungkin merasa aman karena memiliki pelanggan tetap. Namun, tanpa sistem pencatatan keuangan yang baik atau tanpa strategi pemasaran digital, usaha tersebut berisiko stagnan atau bahkan kalah bersaing. Dalam hal ini, manajemen risiko bisa diterapkan dengan membuat rencana cadangan pemasaran, membuka kanal penjualan online, serta memperkuat pencatatan keuangan. Strategi-strategi kecil ini, bila diterapkan dengan konsisten, dapat menjadi penyangga saat situasi tak terduga terjadi.

Kesimpulannya, manajemen risiko adalah investasi tak terlihat yang memiliki dampak besar terhadap masa depan bisnis. Ia bukan sekadar teori atau prosedur administratif, tetapi bagian dari cara berpikir strategis dalam mengelola usaha secara berkelanjutan. Dengan menerapkan manajemen risiko, pelaku usaha tidak hanya melindungi bisnisnya dari potensi kerugian, tetapi juga membangun daya tahan dan kesiapan menghadapi segala perubahan. Maka dari itu, setiap pelaku usaha, sekecil apapun skalanya, sebaiknya mulai menjadikan manajemen risiko sebagai bagian dari budaya kerja dan keputusan sehari-hari.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun