Tradisi Ramadan lain yang tak kalah mengesankan bagi saya semasa kecil adalah ketika tadarus di musala selepas salat tarawih. Pasukan bocil seperti saya biasanya diletakkan di jam-jam pertama dimulainya tadarus.
Dengan sangat percaya diri saya memegang mic lalu mulai membaca ayat-ayat suci Al Quran. Orang yang paling berjasa menjadikan saya bisa fasih membaca Al Quran adalah almarhumah nenek. Setiap sore sejak umur 5 tahun, saya sudah dibiasakan belajar mengaji bersama nenek di rumah.
Warga sekitar musala bergantian mengirimkan makanan dan minuman mulai dari teh, kopi hingga gorengan. Tadarus saya lakukan hingga jam 9 malam karena diatas jam tersebut dilanjutkan oleh para "master" Qori.
***
Tradisi-tradisi Ramadan di kampung halaman membawa saya menelusuri nostalgia di masa kecil. Mungkin semua itu telah menjadi kenangan yang tak terlupakan. Banyak hal dalam perjalanan saya pribadi yang bisa dijadikan pijakan dalam menempuh kehidupan di masa sekarang.
Bagaimana Ramadan masa kecilmu kawan? Yuk! Ceritakan di Samber THR 2023 hari 2 ya!
"Beli kain perca di pasar Blambangan, kainnya hitam bercorak elegan. Wahai para pembaca yang budiman, saya doakan Anda semua senantiasa diberikan kebahagiaan."
- Anjas Permata
#THR Kompasiana