Mohon tunggu...
Anjas Permata
Anjas Permata Mohon Tunggu... Konsultan - Master Hypnotherapist

Trainer Hypnosis, Master Hypnotherapist, Professional Executive, CEO Rumah Hipnoterapi, CEO Mind Power Master Institute, Ketua DPD Perkumpulan Komunitas Hipnotis Indonesia (PKHI)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mencerahkan Kritik, Kritik yang Mencerahkan

10 Februari 2021   21:04 Diperbarui: 13 Februari 2021   03:10 934
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi demokrasi. (sumber: Toto S/kompas)

Siapa yang tak kenal dengan Cicero seorang filsuf termahsyur pada zamannya. 

Markus Tullius Cicero nama lengkapnya, banyak sekali pemikiran-pemikiran kontemporer yang masih relevan dijadikan rujukan ilmu hukum, tata negara, politik dan pemerintahan hingga sekarang.

Saking hebat dan terkenalnya, Cicero hampir-hampir tak pernah mendapat celaan. Dia selalu disanjung dan dipuji oleh semua kalangan. Semua itu tak lepas dari kehebatannya didalam memberikan inspirasi bagi semua orang.

Salah satu pemikiran terbesarnya yang aku suka adalah tentang filsafat Stoa atau prinsip Stoicism. Nah.. usut punya usut Cicero ini orangnya baik dan rendah hati. Dia tak ingin popularitas membuatnya lupa diri. 

Cicero pun mengangkat seorang staf pendamping yang bertugas untuk selalu membisikkan ke telinga bahwa dia adalah manusia biasa yang tak luput dari khilaf dan salah. Dengan begitu Cicero mempunyai kritikus yang akan selalu membuatnya mawas diri dan terlepas dari rasa jumawa.

Lantas bagaimana dengan kondisi sekarang?

Hmmm.. sebuah perilaku yang mungkin aku sendiri belum bisa menjalani. Betapa ego selalu menguasai diri. Eksistensi seolah menjadi harga mati. Kebenaran hakiki dikaburkan oleh kepentingan kelompok maupun pribadi.

Jarang sekali ada orang yang mau dikritik apalagi kalau sudah "diatas awan". Jabatan menjelma jadi alat pembenar tindakan. Mereka yang dibawah diwajibkan tunduk pada penguasa. 

Hal ini aku temui tidak hanya di lingkungan birokrasi, tetapi juga di kalangan profesional. Sejujurnya aku sedih melihat ada seorang pemimpin yang memiliki sifat "bossy". Berlagak paling benar dan anti kritik.

Oleh karenanya dalam tulisan kali ini semoga dapat meluruskan kembali makna kritik. Sekaligus memberikan kamu pandangan tentang bagaimana kritik itu seharusnya dilancarkan. Buat kamu yang berkuasa silahkan menurunkan ego. Buat kamu para pengikut mari kontrol diri.

***

Baru-baru ini Presiden Joko Widodo meminta masyarakat lebih aktif menyampaikan kritik terhadap kinerja pemerintah. Ia pun meminta pemerintah meningkatkan kualitas pelayanan publik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun